Tuesday, September 3, 2013

Mr Romans dan Kopral Jabrik “TANGIS CINTA”



Oleh: Eyang Made

Putri Solo melamun di kelas. Dia selalu membayangkan betapa indah dimasa remaja, masih SMA bisa punya banyak teman bahkan pacar. Sekarang pak Radja Denda sudah berbagi perhatian dengan si Kecil yang katanya akan masuk jurusan Bahasa di kelas 11-nya nanti. Tentu pak guru bahasa dan sastra Indonesia itu sangat bergirang hati dapat anak kesayangan sesuai selera. Sudah manis, pandai dan memilih jurusan bahasa. Apalah arti diriku sebagai anak baginya? Penggembira? Mungkin. Dahulu….dia disayang-sayang dan dipuji-puji sebagai cewek tercakep sedunia di Smada tercinta. Enggar nggak direken, Elena apalagi. Semuanya Putri Solo dan Putri Solo. Sekarang, setelah kedatangan si Kecil? Semuanya seperti tinggal kenangan manis. Tidak ada lagi perhatian utuh seperti dulu. Mulai dari kebiasaan makan, boros pulsa dan lain sebagainya yang merupakan kebiasaan jeleknya, pak Radja Denda selalu mengingatkan. Ibadah yang kurang khusuk ataupun belajar yang kurang tekun selalu diingatkan baik melalui obrolan langsung, telepon dan sms. Sekarang?

“Kecil, begitu berartikah engkau bagi pak Radja Denda?” gumam Putri Solo di dalam hati seraya beranjak keluar kelas. rhadap Bapak,” ujar si Ratu Gosip seraya menatap ke arah Putri Solo yang menutupi wajah dengan mukena. Dia baru saja shalat Dhuha, mendahului pak Radja Denda yang biasanya melakukan secara berjamaah di saat istirahat sehingga dia tidak punya kesempatan menikmati jam istirahat. Tumben, cewek setinggi dua meter, tidak lebih dan tidak kurang tersebut, bersikap arif lagi bijaksana. “Jangan kau simpan perasaanmu. Engkau nanti akan sakit sendiri.”

Putri Solo tidak menjawab. Dia menghela nafas. Bening merebak di mata.

“Aku tidak berprasangka, aku dicampakkan begitu beliau punya mainan baru. Tuh, si Kecil dari sepuluh dua, aku jadi nggak punya makna bagi beliau.”

Ratu Gosip tertawa mendengar jawaban naif dari Putri Solo.

“Engkau jangan beranggapan seperti itu, to. Lihat, sekarang yang terkontaminasi tambah banyak saja. Kau lihat, siapa saja yang sekarang suka duduk-duduk di teras bersama beliau? Apakah pasti dengan si Kecil? Ada cowok dan cewek dari kelas duabelas ipa. Yang dari ips nggak ada. Yang dari bahasa, malah satu kelas ikut semua. Beliau nggak berubah, hanya kau saja suka gedhe rasa.”

“Masa?” Putri Solo seperti tidak percaya mendengar perkataan si Ratu Gosip.

“Kau sekarang nggak ada gurunya sampai istirahat kedua, kan? Lihat saja, apa si Kecil selalu bersama bapak kita,” sahut si Ratu Gosip dengan rupa mantap.

“Ok, aku akan disini saja. Mau membuktikan kebenaran yang kurasa. Kalau kau bohong, awas, nggak mbolo di dunia dan akherat.”

Si Ratu Gosip mesam-mesem melihat sahibnya yang mayun. Dia ini nampaknya memahami apa yang sedang dialami sama si Putri Solo.

Tidak lama kemudian, terlihat dua cowok tambun sama tertawa-tawa menuju ke teras mushalla. Keduanya sama meledek satu sama lain. Akan tetapi suasananya ya akrab.

“Pral….kamu seneng ya sekarang, ada banyak teman terkontaminasi sama ikut shalat Dhuha,” ujar si tambun yang biasa kita panggil dengan nama Mr Romans. Ucapan yang ditujukan kepada sesama manusia tambun, Kopral jabrik. “Sepertinya mereka akan memperoleh pencerahan atas segala permasalahan yang dihadapi.”

“Semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik kepada sahabat-sahabat kita,” sahut si Kopral dengan rupa takdzim. “Bapak kita nampaknya semakin berubah, dan terus berusaha memberi perhatian kepada kita yang terkontaminasi ini.”

“Dan semoga yang terkontaminasi semakin terkontaminasi,” sahut Mr Romans dengan rupa takdzim pula.

Si Kopral melotot matanya mendengar ucapan di Romans.

“Kon kok tega?”

Mr Romans meringis.

“Iya, terkontaminasi nasehatnya pak Radja Denda, sehingga kita bisa semakin khusuk beribadah dan semakin tekun belajar,” sahutnya dengan nada enteng.

Si Kopral meringis mendengar ucapan sohibnya itu. Digaruk-garuknya rambut pendek yang jarang dikramas itu.

“Iya….ya, kalau kita nggak terkontaminasi omongan pak Radja Denda, tentu kita nggak akan ada disini,” ujarnya dengan meringis-ringis dengan mata melongok kesana kemari. “Lho, si Putri kemana kok nggak pernah menongolkan batang hidungnya ya? Dengar-dengar kabar, dia tambah manis saja.”

“Lha di kelas kamu apa nggak pernah melihat?” tanya mr Romans dengan rupa seperti penuh tanda tanya.

“Nggak. Dia ngilang ‘kali.”

Tidak lama kemudian muncul siswa dari kelas XII IPA6 dan IPA4. Wajah mereka nampak semringah ketika datang. Begitu melihat mereka, si Kopral menyeletuk.

“Her, kamu terkontaminasi akut ya, kok kumus-kumus?”

Si Heri menggaruk-garuk kepala. Sepertinya dia pantes banget kalau meniru si Kopral kalau dilihat dari Babat sana.

“Kaya tahu saja.”

Si Kopral menyengir.

Putri Solo yang berada di dalam mushalla, matanya tajam mengawasi siapa saja yang datang. Terutama ceweknya, kan ada yang bikin boring. Masa dia gagal jatuh cinta, eh, bapak kesayangan kok mau diembat cewek kecil. Siapa yang nggak nelangsa. Udah merana tiada tara karena terkena adzab cinta, eh bertambah nelangsa karena bapak ketemu gedhenya udah punya anak kesayangan baru. Akan tetapi yang mana? Sampai shalat Dhuha bersama usai dan mereka sama-sama duduk di teras mushala, si Kecil belum juga nongol batang hidungnya.

“Gimana to Pak, dapat perhatian yang baik dan benar dari seorang cowok?” terdengar suara ngalem yang membuat hati si Putri berkesiur.

“Kita harus mampu menunjukkan jati diri kita,” terdengar suara pak Raja Denda seperti biasanya, sareh. “Jangan sampai kita menyamakan cowok or cewek yang kita cinta sama seperti ortu kita. Bahaya.”

“Wah….nggak boleh menyamakan sama ortu?” kembali terdengar suara si cewek, agak tertahan. Sepertinya ada sesuatu yang menusuk di perasaannya.

Pak Raja Denda mengangguk tegas.

“Ada dampak psikhis kalau sampai terjadi.”

Walau nggak nyaut, Putri Solo berusaha menatap ke arah cewek yang berbicara. Salah satu cewek ipa yang nggak diajar pak Raja Denda. Aman. Asal bukan si kecil saja. Berabe kalau si kecil itu punya cowok idaman identik sama ortu. Bisa-bisa bapak ketemu gedhenya kena embat sungguhan dan dia sukses untuk merana kali kedua. Akan tetapi dia sendiri tiba-tiba berdesir ketika memikirkan, pasangan hidupnya kelak harus ada kemiripan sama ortu. Lhoh? Dia pun tercenung seketika ketika teringat yang satu itu. Bukankah pak Raja Denda memiliki kemiripan dengan cowok yang selalu dibayangkan menjadi pasangan hidupnya. Astaghfirullah, bukankah yang disebutkan bapak ketemu gedhenya adalah dirinya sendiri?

Pak Raja Denda menyindirnya!

Bukankah dia jatuh cinta sama cowok yang ditolak karena mirip….?

Putri Solo merasa terpukul batinnya mendengar perkataan pak Raja Denda. Walau tidak ditujukan kepadanya. Akan tetapi, bukankah dia mendengarnya? Dengan demikian, bukankah dirinya yang dituju? Bukankah dia sudah terkontaminasi cinta sedemikian parahnya sampai-sampai kalau memilih cowok harus ada kemiripan sama ortunya. Dan hal yang demikian dilarang pula oleh guru yang lebih suka tidur di teras mushalla daripada mengajar itu bahkan disampaikan di depan banyak anak. Mau dibawa kemana wajahnya?

Ingin rasanya dia mengirim sms kepada guru yang suka menyindirnya itu. Guru yang suka mengganggu tidurnya dengan sms dan miscal. Padahal jam tiga dinihari itu enak-enaknya tidur end bermimpi ketemu cowok pujaan. Eh, dikirimi sms nggak tahajud ta? Guru itu apa tahajud kok berani-beraninya menyuruh tahajud. Miscal juga. Untung aku sudah siap jawaban. Ringkas, singkat dan jelas, ya Pak. Walau dia tidur lagi tanpa dapat melanjutkan mimpinya.

Pada saat itu, tanpa sepengetahuan Putri Solo, di depan pak Radja Denda sudah ada cewek rada-rada mungil dengan wajah manis banget walau nggak diberi gula. Duduk bersimpuh di depan guru itu, dan membelakangi Putri Solo yang lagi asyik dengan dirinya sendiri.

“Bapak, apakah aku bisa berubah sabar, tabah dan tawakal di dalam menghadapi kenyataan sehari-hari,” terdengar cewek rada-rada mungil tetapi manisnya minta ampun karena bisa mengalahkan gula di dalam diri pak Radja Denda (eh…..masa?) dengan nada suara lembut berkata. “Sepertinya sulit sekali menghadapinya.”

“Allah Subhanahu Wataala pasti akan memberi pertolongan,” sahut pak Radja Denda seraya mengerutkan kening menghadapi perkataan si Kecil namun muanis. “Apalagi kalau kita mau menyisihkan uang saku kita untuk bersedekah dan infaq, shalat tepat pada waktunya, terus mau salat sunat terutama qabliyah, tahajud dan dhuha. Lha kadang-kadang kalau kusms malah jengkel nggak dibalas kalaupun membalas paling ya pak, terus tidur lagi. Sikap seperti itu apa bisa membuat doa kita terkabul?”

Si Kecil menundukkan kepala. Terlebih yang mengintip dari dalam mushalla. Oh, dia kok tahu kalau aku membalas sms kemudian tidur lagi. Apa guru itu punya mata dimana-mana kok bisa mengetahui segala perilakunya? Eh, itukah si Kecil yang menjadikannya tersisih? Kaya apa sih rupanya kok nggak bisa dilihat dari sini? Matanya segera mengeliar hendak melihat lebih jelas seperti apa rupa si Kecil yang konon dari X.2 itu.

“Ya Bapak, saya akan berusaha,” terdengar suara si Kecil sepertinya begitu takzim. Nggak seperti dirinya yang suka aleman. Eh, kok cewek itu sudah sungkem. Kok cepat banget kalau mengadakan pertemuan?

“Oke, semoga engkau bisa berubah seperti yang kau harapkan, dan pastilah menjadi idaman orang tua memiliki anak yang shalikhah dan mampu mendirikan sikap sabar, tabah dan tawakal. Silakan ke wakasek kesiswaan dan kepala sekolah untuk menyelesaikan proposalmu.”

“Ya Bapak,” si Kecil berlalu.

Putri Solo menggaruk-garuk kepala. Sialan, si Kecil terus membelakanginya. Sama sekali nggak menoleh ke arahnya. Meninggalkan pak Radja Denda langsung ke ruang guru lewat depan. Kalau lewat belakang, hm, aku pasti akan dapat melihat bagaimana rupanya.

Pak Radja Denda terlihat menyulut rokoknya kemudian mengenakan sepatu.

“Anakku, janganlah engkau dipermainkan perasaanmu. Permainan itulah yang bisa membuat nila setitik akan rusak susu sebelanga,” ujar pak Radja Denda seraya menoleh ke arah Putri Solo yang terkaget-kaget.

“Bapak tahu kalau aku disini, berarti ucapannya ditujukan pula padaku,” gumam Putri Solo. Dan seperti baru tersadar, dia segera berlari keluar, mengenakan sepatu. Saat ini jam pelajaran bahasa Indonesia. Terlambat jelas mentartilkan shalawat nariyah. Padahal hari ini dia sama sekali nggak hafal. Lupa semua. Wah…..

Putri Solo tergesa-gesa masuk kelas. Dia malu kalau diketahui hari ini lupa shalawat nariyah, padahal suaranya dikenal sedemikian merdu kalau. Begitu tiba di kelas, dia melenggong. Teman-temannya sama santai. Tidak ada pak Radja Denda, tidak ada siapa-siapa.

“Pak Radja Denda tadi menghadap kepala sekolah dengan cewek kecil nan manis,” terdengar temannya memberitahu. “Biasanya kalau ada tugas, beliau selalu bersamamu. Sekarang kau dicampakkan ya?”

Putri Solo hanya diam.

Membeku.

Si Kecil benar-benar telah merebut pak Radja Denda, bapak kesayanganku.

Nelangsa.

Melihat Putri Solo terlihat nelangsa, temannya bukannya diam. Malah kian membuat hati nelangsa.

“Putri, kakakku dulu katanya juga kesayangan pak Radja Denda, eh, begitu dapat cewek baru, dia langsung diabaikan,” kata temannya dengan rupa biasa.

“Astaghfirullah….,” tiba-tiba Putri Solo beristighfar. Dia segera berlari, kembali ke mushalla, ke tempat wudhu. Mengambil air wudhu, terus membaca Alquran. Tiba-tiba saja dia ingat tembang tamba ati.

Akan tetapi reaksi temannya tadi sungguh berbeda dan sungguh tidak terduga. Dia segera berbisik kepada temannya.

“Kasihan ya, gadis secakep dia kok malah mencintai duda tua, ompong pula,” katanya dengan rupa yakin.

“Kamu jangan seperti itu ah,” sahut teman yang diajak berbicara. “Bagaimana kalau hal itu terjadi padamu?”

Temannya Putri Solo yang tadi diajak berbicara, langsung terdiam.

Putri Solo memasuki mushalla. Mengambil Alquran terus dibaca dengan lirih. Dia berusaha untuk dapat merenungi makna dari ayat suci yang dibaca. Dia menepiskan bayang pak Radja Denda yang selama dia hidup di Smada mengukir kenangan manis di dalam dirinya. Selalu membimbingnya ke arah jalan kebenaran.

Ada bening merebak ketika dia membaca pada salah satu ayat mengenai pertolongan Allah yang senantiasa diberikan pada orang yang senantiasa mendirikan kesabaran. Orang yang sabar tidak akan menyesal selama hidupnya. Ya Allah, apakah aku termasuk umat-Mu yang tidak punya kesabaran?

“Bapak, mengapa aku selalu mengharapkan yang lebih darimu sementara kalau engkau meminta aku jarang menuruti. Anak seperti apakah aku ini?” desah Putri Solo seperti memperoleh setetes embun di pagi hari setelah membaca surat-surat pendek dari juzz Amma. “Tidak salah kalau engkau beralih perhatian. Tidak salah. Aku yang salah.”

Tanpa sadar, Putri menangkup telapak tangan ke wajah eloknya. Dia seperti dibebani dosa sekian banyaknya dikarenakan dia sering tidak menuruti nasehat pak Radja Denda. Padahal dia sadar kalau lelaki itu begitu menyayangi dirinya tanpa berharap imbalan apapun darinya. Hanya dari Allah berharap mendapat imbalan.

“Bapaak…..maafkan aku,” desah Putri Solo.

“Aku selalu memaafkan dirimu, anakku. Apapun kesalahanmu,” terdengar suara pak Radja Denda menyentakkan dirinya. “Bapak juga dimaafkan yah? Orang tua kan banyak salahnya dan suka nggak nyadar kalau berbuat salah.”

“Iya…..Bapak,” sahut Putri Solo dengan mata merebakkan bening. Dan dia melihat ada sosok mungil di belakang pak radja Denda, si Kecil yang membuat hatinya panas bukan main. Akan tetapi ternyata setelah dia membaca juz Amma, perasaannya menjadi jernih. Tidak ada hati luka lagi.

“Kecil…..,” tegur Putri Solo. “Maafkan aku ya.”

“Mbak nggak salah, kok,” sahut si Kecil dengan tersenyum. “Aku yang salah mengapa tidak memberitahu Mbak kalau aku diutus bapak untuk membuat proposal workshop open source sehingga mbak sampai seperti ini.”

“Opensource itu makanan ya pak. Apa pakai sauce?” terdengar suara aleman si Putri Solo yang nampaknya kembali ke porsi semula. Ngualem pol sama pak Radja Denda.

“Kamu mau ta? Habis shalat Dzuhur nanti kubelikan baksonya,” jawab pak Radja Denda.

Si Kecil kelihatan bingung mendengar pembicaraan dua makhluk antik itu. Gak nyambung. Maklum dia kan ketularan Enggar, kalau diajak ngomong sama manusia ajaib itu suka nggak nyambung. Akan tetapi nyadar, kalau disayang banget.

Usai shalat Dzuhur yang diimami pak Radja Denda, benar saja ada penjual bakso di depan mushalla. Penjualnya ikut shalat pula. Dan berseri ketika pak Radja Denda memesan beberapa mangkok.

“Bapak bancakan ta?” terdengar si Kecil bertanya diiringi suara culunnya.

“Tidak anakku. Aku syukuran. Bersyukur atas rejeki yang senantiasa diberikan Allah Subhanahuwataala. Luar biasa rejeki dari-Nya.”

“Rejeki apa, Bapak?” si Kecil masih juga bertanya.

“Rahasia Cinta.”

“Gak nyambung,” sahut si Kecil.

“Sedikit-sedikit kok gak nyambung, kaya Enggar saja,” terdengar suara lembut menyahuti ucapan si Kecil.

Mr Romans, Kopral Jabrik dan Ratu Gosip diikuti Enggar dan makhluk terkontaminasi sama beramai-ramai memesan bakso. Mereka sama bersyukur bahwasanya di terik matahari setelah shalat Dzuhur berjamaah mendapat rejeki dari Allah berupa traktiran bakso. Lumayan bisa menjadi penahan lapar sebelum mengikuti pelajaran yang kurang tiga jam pelajaran.

“Rahasia cinta itu apa sih, Pak?” tanya siswa kelas XII IPA dengan rupa tiba-tiba menjadi sedemikian culunnya. “Beri penjelasan pada kami.”

Pak Radja Denda tersenyum.

“Rahasia cinta ada pada diri sendiri dan dipasrahkan semua kepada Allah.”

“Bapaakkk……gak nyambung!” sahut mereka seperti koor.

“Kalau begitu, mari kita membaca basmallah, dan kita nikmati bakso ini. Semoga rahasia cinta menjadi rahasia Allah semata.”

Semua diam tiba-tiba. Hanya terdengar bunyi mangkok dan sendok yang berpadu. Dan ini bukan rahasia cinta. He….he….he.

                                                                Semoga Jumpa di Lain Cerita.

                                                                Wassalam.

Monday, August 26, 2013

THULALIETH JATUH CINTA Cerpen Serial Mr Romans & Kopral Jabriek

oleh: Eyang Made

Thulalieth, Denies Pc, Novie dan si Mungil dari XIIIPA1 sama melenggong menatap ke arah pak Radja Denda, Mr Romans, Kopral Jabrik dan Putri Solo sedang melaksanakan ritual ajaib di bagian belakang masjid Al Arief. Tanda tanya sama menyembul di benak makhluk tulalit dari kelas tiga ipa tersebut. Ada apa gerangan manusia antik yang tidak lagi punya markas sama khusuk duduk menunduk menghadap kiblat. Tidak ada percakapan padahal sudah jam istirahat dan saatnya bersama-sama mendirikan shalat Dhuha. Tidak shalat Dhuha bersama? Rasanya nggak enak karena tidak hafal doa yang dipanjatkan supaya diberi rejeki dari Allah SWT berupa keselamatan, kebahagian dan keberhasilan di dunia dan di akherat, terutama keberhasilan meraih cita-cita. Ngak shalat rasanya ada sesuatu yang hilang. Wah, gimana ya? Selholhok-lholhoknya pak Radja Denda, dia kan termasuk guru kesayangan (jangan GR, Pak) suka meringis sambil membimbing dan muridnya sama sakit perut kalau sudah kena peringisannya. Habis berpajak, sih kalau murid yang meringis (maklum senep karena uang habis untuk bayar pajak akherat. He….he…he…). dan yang namanya sungkan pasti ada.

“Lieth, kamu yang menyadarkan bapak antik kita, sudah waktunya shalat Dhuha bersama,” terdengar Denis berucap dengan suara disetel sedemikian rupa, bak sound blaster audigy dengan salon delapan kanal. Maunya suara antiknya bisa masuk ke telinga pak Radja Denda. Kan selembut-lembutnya suaranya Denis, kan gelegarnya kayak home theatre begitu lho.

“Lha yang lain?” tanya Thulalieth dengan gayanya yang kaya apa gitu. Lholak-lholok begitu lhoh tapi kan tongkrongannya boleh juga.

“Biarin aja. Kita kan butuhnya sama pak Radja Denda,” sahut Denis.

“Pak Radja Denda, ayo shalat Dhuha,” terdengar suara Thulalieth lembut. “Sudah, Den, tapi kok diam saja, ya?”

“Lha ngomongnya dari sini,” terdengar ketiga cewek berkata nyaris bersamaan. “Mana bisa terdengar lha suaramu nggak kaya speakernya Denis.”

“Soundblaster audigy!” Denis menimpali dengan suara keras.

Eh, pak Radja Denda bangkit dari duduknya. Ke tempat wudhu. Rupanya beliau tersadar mendengar suara khas si Denis. Spontan keempat cewek itu tergesa ke tempat wudhu, berdesakan dengan makhluk hawa dari kelas XII bahasa dan ips yang rupa-rupanya tidak perduli sedang apa pak Radja Denda dan ketiga pengawal antiknya itu. Mungkin hanya keempat cewek itu yang rada-rada perhatian dengan segala perubahan tingkahlaku makhluk antik dari Smada tersebut. Kalau perubahan bisa mendatangkan keberuntungan betapa menyenangkan. Lha kalau sebaliknya? Kan bisa berabe.

Usai shalat Dhuha, keempatnya mengerubung Mr Romans, Kopral Jabrik dan Putri Solo. Sama menanyakan perihal ritual yang dilakukan.

“Kalian melakukan amalan apa? Kami-kami kok nggak diajak?” tanya keempat cewek manis tersebut penuh dilanda penasaran. “Bukankah kami tidak akan menolak kalau diajak melakukan amalan selama tidak bertentangan dengan ajaran agama kita.”

Tumben, kedua makhluk antik bertubuh tambun hanya berdiam diri. Putri Solo yang terlihat tambah cakep saja, merebakkan senyum. Lembut lagi manis banget. Nampak kalau terlalu banyak gulanya.

“Kami kan mau meninggal,” sahut Putri Solo dengan suara tenang. “Hampir dua puluh tahun kami hidup di RC dan masih saja kelas dua, nampaknya hidup kami mulai membosankan. Bahkan, aku sudah sering diistarahatkan.”

“Lhoh…..bukankah hidup mati berada di tangan Allah?”

“Benar, sedangkan hidup kami kan hanya di RC, sementara pak Radja Denda dengan kesibukannya mengasuh Chafidz, kami bertiga akan diistirahatkan selamanya.”

“Tega benar pak Radja Denda mengistirahatkan kalian bertiga. Tapi sampai mati apa nggak?” tanya keempat cewek itu dengan antusias namun bernada tulalit banget. “Masa hanya karena Chafidz yang ngganteng lagi menggemaskan, pak Lholok jadi mengistirahatkan semuanya. Khusus kalian, ke alam abadi, ya?”

Mr Romans, Kopral Jabrik dan Putri Solo sama terdiam. Ketiganya sama sadar bahwasanya kemunculan di bumi Smadala menimbulkan rasa suka dan tidak suka kepada para siswa. Apalagi sejak kepergian Sogol, Blangkon dan beberapa teman-temannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi membuat sedih juga. Tinggal Cuwix Yunior yang mulai hilang kelucuannya. Maklum memasuki kelas tiga eh dua belas jadi rada-rada serius (Kata si Septian Dwi, takut nggak lulus)

Kalau Cuwixnya, kan nggak apa-apa kalau tak lulus UAN. Nah, karena sudah sering dan lama muncul, kebosanan itu pasti ada.

“Berdasarkan pernyataan beliau, Chafidz memang dijadikan alasan untuk mengistirahatkan kami bertiga,” sahut Putri Solo yang terlanjur sayang banget sama pak Radja Denda dan keluarganya. “Dan aku meminta ijin untuk beristirahat selamanya di hati beliau. Eh….malah diam saja.”

Keempat cewek manis itu sama diam. Thulalieth yang merasakan nyaman setiap kali berdekatan dengan cowok antik berpangkat kopral berambut jabrik, merebakkan bening di matanya. Dirasakanya waktu sedemikian cepat berlalu. Dan rasanya, oh, mengapa waktu yang tersisa, tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya? Oh, mengapa?

O, seandainya dia dapat menahan perputaran waktu.

Diliriknya si Kopral yang menundukkan wajahnya. Manusia antik bertubuh tambun itu sudah menyedot simpatinya dari sudut nurani yang paling dalam. Sikap culun dan konyolnya. Kemudian, senantiasa taat pada bapak ibu guru dan tidak pernah sekali saja melanggar tata tertib sekolah. Senantiasa ikut shalat berjamaah pun mengaji Al Quran sehari sembilan puluh sembilan ayat. Adakah pemuda seperti si Kopral? Rasanya kok belum pernah ditemuinya.

Bagi Thulalieth, si Kopral sosok yang sempurna.

Dan membutakan mata hatinya.

“Pral, apakah engkau juga akan diistirahatkan selama-lamanya?” tanyanya dengan suara pilu. “Tidak ada dispensasi sama sekali?”

Kopral Jabrik yang mendengar ucapan bernada pilu dari Thulalieth menatap wajah si gadis. Selama dia hidup di alam RC belum pernah dia menerima simpati nan menyentuh hati. Hatinya bergetar, jantung berdetak. Thulalieth, baru kali ini kusadari betapa manis wajahmu. Teramat sempurna sosokmu. Betapa konyol, selama mengenal, tak pernah kusadari kalau engkau memiliki perhatian khusus dan…. apakah kesempatan terakhir di dalam hidupnya, tidak dimanfaatkan untuk menikmati kemanisan masa remaja yang penuh romantika? Dan bukankah Thulalieth bisa memberikan segala-galanya untuk akhir kehidupan yang bahagia? Salahkah kalau dia jatuh cinta sebagaimana manusia biasa? Tidak hanya sekedar di angan akan tetapi pada suatu realita manis walau nanti dia harus menabung dosa? (bukankah berkhalwat dengan lain jenis itu berdosa?)

Pak Radja Denda nampaknya sudah bulat dengan keputusannya untuk segera meninggal bersama makhluk antik dari alam RC. Dia ingin bertetirah, bersantai bersama keluarga. Tidak ingin lagi ribet mengurusi dunia per-RC-an yang penuh dengan gosip, intimidasi dan pertagihan yang bisa membuat pusing kepala. Ini, gara-gara Cuwix dan kawan-kawan yang malas membayar RC. Kalau Cuwix nggak malas……ya. (Maksudnya Cuwix Yunior yang sekarang ngendon di XIIIPS1 itu lhoh)

Dan entah mengapa pada hari-hari selanjutnya, Thulalieth menjadi begitu lengket bersama manusia antik bernama Kopral Jabrik. Tidak perduli jadwal shalat berjamaah sudah dilakoni. Maunya nambah sekalian lima waktu, terus berjamaah. Dia rela kok kalau disuruh tidur di Made Karyo VIII/03 asal bisa bersama si Jabrik. Bahkan satu kelas di kelas dua, dia juga rela. Asal selalu bersama.

“Lieth, ngapain kamu kok jadi begitu berubah hanya karena makhluk antik bertubuh tambun itu?” tanya Denis, Novie dan si Manis yang nggak sreg kalau sochib terlholak-lholhoknya jatuh cinta sama manusia antik yang nggak karuan juntrungnya. “Apakah tidak ada cowok lain yang lebih pas buat kamu?”

“Only Kopral Jabrik in my heart,” jawab Thulalieth dengan suara mantap. “Nothin’ else matter.”

“Si Thulalieth ngomong apa?” tanya Novie dengan rupa bego.

“Nggak tahu,” sahut si Denis yang sebangku dengan Thulalieth menampakkan wajah cemas. “Pak Eddy perlu diberitahu kalau Thulalieth layak di RSJ-kan.”

Ketiga cewek manis itu nampaknya setuju melaporkan keadaan Thulalieth ke pihak yang berwenang. Maunya ke pak Radja Denda, berhubung pak Radja Denda masih mencuci popoknya Chafidz, jadi urung. Ke pak Narno yang menjadi BK mereka, akhirnya melapor. Kalau ke pak Eddy, jelas nggak berani.

“Apaaa? Thulalieth jatuh cinta sama si Kopral Jabrik yang abadi di kelas dua itu?” tanya beliau dengan rupa kaget. “Apa matane Thulalieth merem, kok gelem karo arek jemblung iku?”

Ketiga makhluk manis itu serempak mengangguk.

“Wah…..Thulalieth harus dibimbing secara khusus supaya sadar bahwa kalau dia mengambil keputusan yang salah. Teramat salah!” pekik pak Narno dengan suara menggebu, nyaris ketiga cewek manis XIIIPA1 terlonjak dari tempatnya.

Dan Thulalieth pun akhirnya terkena petuah dari pak Narno dimana saja berada. Kemana saja dia bersembunyi sepertinya guru BK yang satu ini tahu. Bahkan tidak perduli tempat. Di pos satpam di hari Selasa jam 14.30 tanggal 15 Agustus 2006 gadis manis itu dinasehati habis-habisan. Astaganya, ada pak Radja Denda pula.

“Ndhuk…..eman-emanlah dirimu, mengapa bisa sampai jatuh cinta sama manusia antik seperti itu,” ujar pak Narno berpetuah. “Mbok ya’a milih sing rada pakra.”

Wajah Thulalieth berubah mendengar ucapan pak Narno. Apalagi dilihatnya pak Radja Denda cengar-cengir mendengar perkataan guru BK tersebut. Paling pak Radja Denda yang membuat laporan tentang hubungannya dengan si Kopral Jabrik. Dan mau tidak mau didengarkannya nasehat dan petuah dari guru BK-nya itu.

“Engkau memilih pasangan nggak pas. Kalau memilih mbok ya’a berdasarkan ajaran agama yang menyatakan kalau menentukan pasangan berdasarkan agama, rupa harta dan keturunan. Kalau orang Jawa, berdasarkan pada bobot, bibit dan bebet. Kalau si Lholok berjuluk Pendekar Radja Denda ini harus mendasarkan pula pada aspek biologis dan psikologisnya juga. Tahu?” ujar pak Narno dengan suara menggebu.

“Eh, Cak, ngomongmu tumben kok rada ilmiah?” celetuk pak Radja Denda yang asyik dengan bentoel birunya. “Apa memilih pasangan bisa dibuat karya ilmiah?”

“Dasar lholok. Nasehatku supaya meyakinkan kebenarannya. Tahu? Jangan mentang-mentang menjadi pembina karya ilmiah terlholok sedunia. Ngerti?”

Pak Radja Denda hanya diam mendengar ucapan pak Narno. Dan hanya menjadi pendengar yang baik. Dan nampaknya ucapan pak Narno mempengaruhi Thulalieth. Nampak kalau dia seperti bersedih ketika berkencan dengan si Kopral. Bahkan malam hari ketika dia kerja bakti bersama teman-temannya dia suka ngambek setiap kali digoda sama pak Radja Denda yang menunggui.

“Nggak usah nggoda. Aku lagi sumpek. Tahu?”

Pak Radja Denda hanya tertawa. Kelihatan senang, maklum permaisurinya yang menjadi ibu kandungnya Chafidz ikut menyambangi. Huh, pak Radja Denda senang, aku sumpeg! Omel Thulalieth di dalam hati. Dia sirik benar melihat kebahagiaan guru bahasa Indonesianya yang terlholhok sedunia itu. Sudah punya isteri cakep anaknya ngangeni pula. Oh, lengkaplah kebahagiaan pak Radja Denda yang diajaknya upacara 17 Agustus memilih menunggui anak isterinya. O, lengkap pula kesumpekannya.

Perasaan Thulalieth benar-benar bercampur aduk. Gara-gara nasehat pak Narno yang menyatakan kalau dia salah pilih dan salah langkah memilih kopral Jabrik sebagai pacar. Katanya harus begini dan harus begitu. Dan pak Radja Denda yang biasanya punya kiat jitu di dalam menyeselesaikan permasalahan, hanya mesam-mesem dan menggoda saja. Huh kaya nggak pernah muda dan mentang-mentang punya permaisuri cakep alumnus manusia paskibra yang begitu……

“Huh……” dihantamnya punggung pak Radja Denda dengan rasa  bercampur aduk. Ada mangkel plus sirik melihat kebahagiaan guru terlholhoknya. Ada juga rasa takut kalau guru antik yang satu ini tidak mau membantu mengatasi permasalahannya. Selholhok-lholhoknya guru bahasa Indonesia yang suka mbokep ini, dia amat sayang. Suka dengan omongannya yang dipelesetkan, seperti kata mbokep, yang maknanya sudah di luar makna yang sebenarnya. Dan cara menasehatinya yang menggunakan lambang tertentu sehingga walau dia tahu apa yang dikehendaki, tidak membuatnya sumpeg seperti kalau menerima nasehat pak Narno. Dan ngerti nggak ngerti akan apa yang dinasehatkan, ucapan khas tulalitnya pasti terlontar. Apa, Pak?

“Oalah Thulalieth, mengapa sumpek kok nggak dibagi-bagikan?” ujar pak Radja Denda yang sepertinya nggak ngefek kena hantamannya.

“Nih, sumpegnya kubagikan kepadamu, Pak,” ujar Thulalieth kembali menghantam punggung pak Radja Denda sekuat-kuatnya. Terdengar suara gedebuk sampai teman-temannya mendelong menyaksikan keberaniannya menghantam sepenuh tenaga punggung pak Anwari….eh, keliru, pak Radja Denda. Semua sama terdiam. Takut kalau guru itu marah atas perlakuan teman yang lagi senewen itu.

“Ayoh….hantam sekuat-kuatmu. Curahkan semua emosimu. Tumpahkan semua kejengkelanmu! Ayo. Nggak apa-apa.”

Bukannya memukul. Thulaliet malah seperti mau mewek.

“Lho….mau nangis lho Pak. Ayo diapakan sama Bapak,” terdengar suara Denis yang melihat wajah cakep teman sebangkunya itu benar-benar mau menangis. Ada rasa kasihan di dalam benaknya, apadaya dia tidak bisa apa-apa. “Besok upacaranya jam berapa, Lieth? Bukankah engkau seksi acaranya?”

“Jam tujuh tepat,” sahut Thulalieth.

“Jam delapan,” sahut pak Radja Denda.

Thulalieth melotot ke arah pak Radja Denda yang akan menggoda.

“Maksudku, aku bangun jam delapan. Nggak mungkin ikut upacara.”

Dia pun mau memukul lagi akan tetapi guru terlholhok itu sudah ngacir entah kemana. Tidak nongol lagi sampai dia pulang ke rumah diantar sama si Kopral Jabrik yang langsung mendelep terkena pajak kencan Rp. 7.500. dan sulit tidur karena terus terbayang-bayang dengan semua peristiwa yang terjadi.

Satu hal yang terus melela di benaknya adalah ucapan dari pak Radja Denda kepadanya.

“Ingatlah wahai Thulalieth, salah satu penyebab kegagalan di dalam meraih cita-cita adalah cowok alias berpacaran!”

O, cinta deritanya tiada dua.

Oh.

Oh.

Oh.

Thulalieth bermimpi.

Cinta tidak akan menjadi penghambat di dalam meraih cita-cita. Dia diterima di Akademi Kepolisian. Diterima di STAN. Diterima PMDK dan menembus SPMB jurusan informatika. Indahnya. Ngimpi!

Pak Radja Denda, omonganmu mana kureken? Toh UAN aku dapat nilai rata-rata 9,9 dan bisa masuk semua perguruan tinggi. Pak Narno, nasehatmu mana kuperhatikan. Aku bisa berpacaran dengan leluasa dan begitu mesra. Dia penuh perhatian padaku. Penuh cinta dan penuh……ah, gedubrak. Thulalieth membuka mata. Rupanya dia terjatuh dari tempat tidurnya. Hanya mimpi rupanya.

Dan dia tertegun.

Ada suara menerpa telinga.

“Thulalieth, kalau engkau tetap berpacaran berarti engkau memilih kegagalan.”

Suara itu.

Seperti suara pak Narno.

Seperti suara pak Radja Denda.

Seperti……

Thulalieth tidak tahu lagi apa yang terjadi. Semua begitu membingungkan. O, cinta betapa engkau membingungkan. Membuat lupa segala. Kalau lupa shalat?

o.

Thulalieth lupa belum mendirikan shalat Isya. Tertatih-tatih dia ke belakang, mengambil air wudhu. Dan tiba-tiba saja bulu kuduknya sama merinding. Hati degplas dan degplas. Ada apa ini? Ada hantu? Masa hantu mau mengganggu orang yang mau mengambil air wudhu. Masa…..

“Pak Edy….oh, aku takut sekali,” desahnya.

Akhirnya, dia pun mendirikan shalat Isya dengan bulu kuduk terus meremang. Dan di dalam hati (maklum lagi shalat) terus saja menyebut nama pak Eddy. Bapaknya.

Dan sesungguhnya apa yang terjadi?

Catatan

Untuk pembaca baru Mr Romans dan Kopral Jabrik supaya tidak terlalu bingung dengan cerita ini, ada beberapa hal yang perlu dipahami:

    a. Tokoh di dalam cerita ini, Mr Romans dan Kopral Jabrik masih kelas dua SMA dan sudah limabelastahun lebih tidak ke kelas tiga. Maunya naik ke kelas tiga, bukankah pengurus inti Rc selalu dari kelas dua (sebelas) kan….
    b. Penulisnya sudah bosan membuat, kemungkinan tulisan ini akan diakhiri pada cerita berjudul “Keputusan” dimana tokoh abadi di dalam cerita ini, Mr Romans, Kopral Jabrik dan Putri Solo akan mati dan tidak ada lagi lanjutannya. Yang membuat cerpen sudah bosan lho. Walau yang suka cerita ini masih menginginkan untuk terus ada di RC sebagai ciri khas majalah sekolah kita bolehlah nanti diusulkan pada sidang istimewa RC.
    c. Cerita ini didedikasikan untuk pak Sunarno, guru BK, yang di dalam menangani siswa sering bertolak belakang dengan penulis cerita ini akan tetapi membuahkan hasil yang lumayan bagus.
    d. Ucapan selamat atas kelahiran Chafidz Pramoedya Anharie, putra bapak Makmunudin Anwari, pembina abadi RC. Semoga menjadi putra yang shalich, berguna bagi agama, orang tua dan nusa bangsa. Dari kru Romansa Cendekia 2005 – 2006.

Thursday, August 22, 2013

Mr Romans dan Kopral Jabrik "TERKONTAMINASI CINTA"

Putri Solo suka duduk melenggong di kelas. Setiap kali ada pertanyaan dari bapak atau ibu guru, dia tetap bengong. Ditanya teman-temannya suka terlongong-longong. Digoda mr Romans dan Kopral Jabrik, tetap saja bengong. Baru nyahut ketika kopral Jabrik mengoleskan sepidol ke pipinya yang halus. Baru dia seperti baru sadar dari mimpi terus memukuli kedua shahibnya yang suka menggoda itu. Dia nampak kalau gemes banget. Akan tetapi tetap nggak tahu apa yang sedang dia lakukan. Kedua temannya sama longang-longong mendengar ucapannya si Putri. Dia tetap saja longang-longong begitu keduanya kembali ke tempat duduk. Keduanya sama menghela nafas menatap perilaku sahabatnya. Di dalam hati sama menggumam, sayang, cakep-cakep kok mengong. Terkena penyakit apa ya?
Ihwal Putri Solo yang seperti itu tentu saja menjadi bahan laporan ke pak Radja Denda yang tidur mendengkur di teras mushalla sehabis mengajar dari kelas 12ips. Sambungannya ke kelas 11ipa6, tidak diajar karena beliaunya masih terlelap ke dalam mimpi indah, punya isteri lagi, anak lagi, terus...........
“Pak Radja Denda bangunlah, anak termanismu, Enggar Yustisi rada bengong hari ini,” ujar si Kopral Jabrik dengan takdzim duduk di dekat pak Radja Denda sedang mendengkur. “Apa nggak kasihan sama anak ipa empat itu kalau bengong terus.”
Mr Romans kaget kalau yang terkena mengong kata si Kopral terkena mengong.
“Pral, kenapa si Enggar kena mengong. Tega-teganya kamu. Wong yang kena si Putri,” ujar mr Romans dengan suara serius. “Berdosa lho menciptakan fitnah daripada tidak memfitnah. Eh.....”
“Kamu kok juga ikut-ikutan mengong. Laely, Helfi, Siti, Dyah, Tafiq, dan lain sebagainya sama terkena mengong, tahu?” Kopral Jabrik menyanggah dengan rupa tidak bersalah. Dia malah menyebut nama cewek-cewek yang dia ingat. “Ada yang nggak pernah dapat bonus pelajaran kaya si Novida, Dyah, Putri, Debby, Ana, Febri dan Siska serta Dyah dan lainnya, juga mengong tahu.”
“Curiga aku. Kau sebut nama Dyah tiga kali, hayo ada apa?” mr Romans menyahut dengan nada menggoda. “Ternyata engkau jauh lebih mengong daripada mereka yang kau sebut naamanya. Dasar terkontaminasi.”
Si Kopral meringis mendengar perkataan si Mr Romans. Spontan dia berbisik ke telinga si Mr seraya meringis.
“Kalau terkontaminasi sama si Putri Solo, aku mau aja deh. Kalau sama yang lain jangan dulu dong,” ujarnya. “Tapi katamu tadi aku menyebut nama Dyah sampai tiga kali ya? Enggar kusebut apa nggak? Kalau nggak syukur alhamdulillah.”
“Kok....?” mr Romans memperlihatkan wajah mengongnya.
“Aku kan nggak direken sama si Enggar, kalau sama si Dyah.....,” Kopral garuk-garuk kepala. “Sama Tafiq, manis mana, ya?”
Mr Romans terbahak mendengar ucapan si Kopral.
“Kamu ini sama cewek kok mau saja. Bisa-bisa kucing diraupi kok anggep cewek juga, ya?” olok mr Romans. “Bayangin, si Enggar nggak doyan, si Dyah, belum ditolak, si Tafiq. Nanti siapa lagi cewek yang masuk daftar absen untuk menolakmu?”
Si Kopral terdiam mendengar ucapan si Mr Romans yang rada-rada benar. Dia sejak pisah sama si Thulalit yang menjadi kasi V waktu itu sampai sekarang, belum mendapatkan pengganti yang pas. Mau cari pengganti, masihng cewek sama memiliki jawaban yang sama. Kami ingin berkonsentrasi belajar dulu, mas Kopral. Nggak mau terkontaminasi cinta. Kaya teman mas itu lhoh. Jelas terkontaminasi wong nggak nurut dinasehati sama pak Raja Denda. Kuwalat beneran.”
Si Kopral menatap cewek yang diajak ngomong dan rencananya mau diajak dan ditembak hatinya supaya mau sama dirinya. Dia merasa yakin kalau cewek yang diajak bicara dari kelas sebelas. Tidak diajar pak Radja Denda pula. Kok ngomongnya sama mirip nasehatnya kalau lagi mengajar di kelas dua belas is.
Akan tetapi dia sudah nggak bisa mikir apa-apa lagi. Segera saja dia berjalan cepat menuju ke teras mushalla yang sunyi senyap sepeninggal siswa kelas dua belas. Nggak ada lagi cewek yang nangis di depan pak Raja Denda karena lagi dirundung cinta. Herannya pak Raja Denda mau saja menasehati bahkan mengarahkan dengan sabar. Kabarnya dia digosipkan sama anak kelas ips berapa, begitu lho. Dianya tetap anteng. Jawabannya enteng.
“Orang yang doyan menggosipkan diriku ini, orang yang sirik dan matanya sudah ketutup nafsu syirik,” sahut pak Raja Denda ketika ditanya kok anteng saja mendengar gosipnya dengan sang murid. “Kenapa? Engkau tahu penyakitku dan tidak lagi punya kemampuan seperti yang digosipkan.”
“Kelasnya Enggar, Ia4, ada yang menggosipkan lho?” terdengar sahut kemenyek.
Putri Solo yang mendatangi. Wajah ayu yang biasanya ceria itu, bermuram durja.
“Lho....kamu kok lucu, Yang?” pak Raja Denda segera saja mengomentari keadaan si Putri Solo. “Datang-datang menangis dan hm...jelas kau terkontaminasi cowok.”
“Bapaakkk.....ijinkan aku untuk bercinta dengannya sekejap saja,” si Putri Solo langsung bergulingan di depan pak Raja Denda. “Biar aku bisa menikmati dosa selama di dunia ini.”
Pak Raja hanya tersenyum mendengar rengekan dari Putri Solo. Dia membiarkan cewek itu berguling-guling kaya kesurupan dan lain sebagainya. Beliaunya tetap tenang dan sepertinya tidak ambil pusing dengan anak kesayangan yang lagi dirundung kontaminasi.
“Bapak....kok nggak ngreken sih. Orang lagi kasmaran kok terus dibiarkan kaya orang kesurupan seperti itu,” kopral Jabrik sama Mr Romans ngedumel bersama. “Nggak usah mikir Enggar, kalau sudah waktunya tiba, Bapak juga akan dibikin susah sama cewek imut itu.”
Pak Radja Denda tetap anteng mendengar omelan kedua manusia antik itu. Dia menatap dengan tenang cewek manis yang tidak hanya berguling-guling kemudian menangis dengan lancar, karena tangisannya merupakan tangisan yang baik dan benar. Beliaiu malah mengambil Hpnya, Enggar yang ditelpon.
“Yuk, ikut aku ke pemda saja. Disana banyak alumnus smada yang bisa dimintai bantuan,” ujarnya dengan tenang. “Ya....namanya acara sekolah, kita ikut mensukseskan walau hanya membantu lewat penggalian dana.”
“Tapi jangan lama-lama dong Pak kalau ngobrol. Kan nggak banyak yang bisa dimintai sumbangan,” terdengar suara Enggar yang melengking lewat speaker HP. Maklum pak Raja Denda sekarang rada-rada tuli, kalau nelepon speaker pasti dinyalakan.
“Namanya kan temu kangen, Nak. Ok. Cepetan diselesaikan ulangannya. Kan ada sms berisi kunci jawaban.”
Kedua cowok itu sama melenggong mendengar kalau Enggar sedang ulangan dan mau saja ditelpon. Wah.
“Aku kok nggak direken. Sejak kemarin kok Enggar melulu,” terdengar suara Putri Solo dengan nada alemannya. Lagi-lagi kedua cowok itu melenggong, baru nangis sama gulang-gulung kaya orang kesurupan sekarang sudah kembali seperti semula. Kemenyeknya keluar kalau berhadapan dengan pak Raja Denda.
“Karena engkau tidak mau kunasehati,” sahut pak Raja Denda seraya memasukkan Hpnya ke saku. Wajahnya semringah seraya menatap ke sosok cakep di depannya. “Kalau engkau mau kunasehati, tidak akan kau seperti ini.”
“Mau Bapak. Aku mau dinasehati,” rengek Putri Solo dengan nada memelas.
“Walau masuk telinga kiri terus keluar telinga kanan,” sahut pak Raja Denda seraya berdiri. “Aku mau ke pemda dan mungkin juga alumnus untuk membantu Enggar mencari dana. Lumayan, sambil bernostalgia.”
“Baappaaakk....apa nasehatmu. Akan kulakukan segera,” terdengar suara Putri Solo seperti merengek lagi. Bahkan sekarang bersimpuh di depan bapak kesayangannya. “Aku nurut, biar nggak hanya Enggar yang direken. Biar nggak hanya Laely yang direken. Biar nggak hanya Dyah yang direken. Biar nggak hanya Tafiq yang direken. Biar nggak hanya Siti yang direken. Aku pun direken lebih dari biasanya. Ya Pak ya?”
Pak Raja menatap lekat ke arah Putri Solo.
“Lupakan cowok itu.”
Pak Raja Denda terus mengenakan sepatu, melangkahkan kaki menuju ke satpam. Rupa-rupanya disana sudah ada yang menunggu. Tidak lama kemudian, beliaunya sudah hilang dari pandangan mata. Putri Solo terbengong menatap perilaku bapak ketemu gadhenya. Lain dari biasanya. Akan tetapi terllihat kalau dia mengernyitkan kening.
“Kau tahu, cowok yang kau gendengi itu bisanya menyakiti hati cewek. Ada nama Virna, Dyah, Sita, Situ dan lain sebagainya. Wahai mengapa engkau terkontaminasi sama cowok itu?” terdengar suara meledak-ledak. Si Ratu Gosip yang tiba.
“Kan cowok itu suka sama aku. Menyatakan cinta padaku. Apa aku nggak boleh menerima cinta cowok setampan itu? Kamu mbolo siapa sih, pak Raja Denda apa aku?”
“Untuk apa mbolo kamu, Tri. Kamu tahu nggak, cowok itu masih reruntungan sama cewek dari ipa. Kemarin goncengan berdua menonton film misbar. Sama kamu? Ngajak aja nggak pernah.”
Wajah Putri Solo berubah.
“Apa kau nggak ingat, ketika kita cakruk di depan koperasi, dia lewat lagi nggandeng siapa?” ujar Ratu Gosip dengan bersemangat.
“Nggandeng siapa ya? Aku kok lupa?” si Putri Solo menggaruk-garuk kepala. Dia seperti pikun kalau diajak berbicara mengenai cowok yang dikaguminya. Bahkan nggak percaya sama sekali kalau si cowok suka gonta-ganti pasangan. Bahkan kabarnya, lengket kembali sama pacar yang sudah mantan, Putri Solo hanya menjadi penggembira belaka walau sosoknya melebihi siapa saja yang dekat sama sowok yang digendenginya.
“Dasar sudah terkontaminasi. Ulangan jeblok, demi cinta rela. Nilai jeblok, demi cinta nggak apa-apa. Makan tuh cinta.”
Putri Solo melenggong mendengar ucapan tersebut. Sepertinya datang dari mana-mana. Dia bingung, siapa yang mengatakan seperti itu? Siapa? Sepertinya si mr Romans, Kopral Jabrik, pak Raja Denda, Ratu Gosip eh....Laely kok juga kaya ikut ngomong.
“Aku di kelas sepuluh punya peringkat bagus. Di kelas sebelas jeblog, di kelas dua belas tambah terjun bebas. Kita nggak nyadar kalau cinta bisa begitu menghancurkan. Akankah kita terpuruk karena cinta?”
Putri Solo dengan nada alemannya melongang-longong sepertinya semua teman sama menasehatinya. Termasuk mereka yang terkontaminasi cinta. Yang paling sadis menurutnya adalah ucapan pak Raja Denda. Begitu menyembilu rasanya.
“Kau pernah berkata, cintamu hanya karena Allah semata. Akan tetapi apa yang kau lakukan? Meminta sekejap kebahagiaan dan menabung dosa di dunia. Kau katakan itu cinta?” ujar pak Raja Denda dengan suara tegas. “Kau dikuasai hawa nafsu. Tidak ada yang lain.”
Aku dikuasai hawa nafsu? Lantas, apakah cintaku nggak tulus suci mengharapkan seseorang yang kesana-kemari bersama cewek dengan janji-janji yang nggak pernah ditepati. Dia tetap saja berharap. Oh, apa yang terjadi? Nilai jeblog, tetap berharap. Bergandeng dengan cewek lain, masih berharap.
Pak Radja Denda kemana engkau? Masa engkau pergi bersama Enggar dan Bela untuk mencari sumbangan pada alumnus untuk dies natalies? Engkau tadi meninggalkanku dengan ucapan yang menusuk perasaan akan tetapi semuanya kenyataan. Lupakan cowok itu. Nggak nyadar, dia mengambil hp. Mengirim sms singkat ke pak Raja Denda. “Bapak.” Terus kepalanya nggliyeng kaya Laely kalau lagi mikir cowok.
“Astaghfirullah....,” tiba-tiba Putri Solo beristighfar. Dia segera berlari ke tempat wudhu. Mengambil air wudhu, mendirikan shalat Dhuha. Memohon petunjuk yang benar kepada Allah semata. Bukan kepada yang lain. Dia bersimpuh usai sujud ke hadapan yang Maha Kuasa.
Teman-temannya sama melenggong melihat perilaku Putri Solo. Akan tetapi mereka sama diam. Dibiarkannya cewek cakep itu terus dengan aktifitasnya sampai pak Radja Denda datang bersama Enggar yang datang seraya memegang keningnya. Enggar ngelu terkontaminasi cinta? Entah, wong pak Radja Denda datang ya gak ngomong apa-apa. Beliaunya langsung membaringkan tubuhnya ke lantai masjid. Merem. Si Enggar bergabung bersama mereka terus memegang kepalanya.
Mr Romans, Kopral Jabrik sama Ratu Gosip saling berpandangan.
Tiga orang itu terkontaminasi apa saja ya?
Pak Raja Denda datang lagi pada saat Dzuhur menjelang. Diikuti Enggar dan sosok yang rada-rada mirip sama Ratu Gosip, kabarnya dia ini ketua seksi V. Aneh, pak Raja Denda tumben mau keluar bersama kedua anak yang lebih suka aktif di osis daripada seksi yang dibawahi sehingga terlantar kegiatannya. Dia langsung duduk di teras seraya mengambil rokok. Beliaunya menunggu kumandang adzan Dhuhur.
Putri Solo langsung berlari dari dalam. Dia mengenakan mukena. Bersimpuh di depan bapak ketemu gedhenya.
“Bapak....apa yang harus kulakukan supaya tidak terkontaminasi cinta? Bapak, jawablah. Biar ada pencerahan di dalam diriku juga teman-teman yang lagi terkena panah asmara.”
Pak Radja Denda hanya tersenyum.
“Semua orang nanti pasti terkena dan sudah di nas oleh Allah Subhanahuwataala. Kita tidak akan bisa menghilangkan, hanya bisa mengendalikan. Ibarat perang kita memasuki tahap paling dahsyat sebagaimana yang disabdakan Rasul, kita akan memasuki perang paling dahsyat yaitu perang melawan hawa nafsu. Sementara hawa nafsu itu berada di dalam diri kita sendiri. Membunuh nafsu kan kita membunuh diri sendiri sendiri.”
“Ya....ya....Bapak. aku kepingin bunuh diri. Nggak papa ya Bapak,” ujar Putri Solo dengan rupa sedemikian culunnya.
“Oke....kutunggu bantuannya,” ujar pak Radja Denda lagi. “Ada cewek rada-rada nggak waras mau minta mati supaya nggak punya hawa nafsu. Ok, sekalian bawa psikolog, psikiater dan dokter jiwa.”
Putri Solo melenggong mendengar pak Raja Denda seperti ngomong dengan seseorang tetapi nggak kelihatan wujudnya.
“Bapak ngomong sama siapa?” tanya Putri Solo sambil tolah-toleh kesana kemari. Dia nggak ngerasa kalau diajak ngomong. “Bapak....Bapak....juga terkontaminasi?”
“Ya....ya....aku juga terkontaminasi,” sahut pak Raja Denda dengan rupa ikut-ikutan linglung. “Terkontaminasi gosip 2009.”
Putri Solo meringis. Dia ingat kalau bapak ketemu gedhenya ini digosipkan sama murid, katanya berpacaran sama siswa kelas ips. Pantesan, Enggar sama temannya langsung ngacir. Takut digosipkan atau khawatir ditaksir pak Raja Denda. He....he....he, wong dia digosipkan sama pak Raja Denda ada guru yang menasehati, dia hanya diam dan mengangguk tapi cuek.
“Digosipkan sama siapa Bapak? Sama aku saja, nggak apa-apa. Kan digosok-gosok tambah sip end pulsaku bertambah banyak,” ujarnya dengan nada kenes. Dia nampak senang banget Enggar alergi sama pembinanya padahal si pembina cuma sayang sebagaimana ajaran agama. Eh....?
Putri Solo segera mengembalikan ekspresi wajah memelasnya.
“Lantas....bagaimana saya tidak terkontaminasi cinta....eh, mengendalikan hawa panas eh.....Enggar alergi sama Bapak,” ujar Putri Solo dengan suara tersendat-sendat. “Ya...ya Pak. Gosip Bapak berpacaran sama murid menjadi headline di kelasnya Enggar.”
Mr Romans, Kopral Jabrik dan Ratu Gosip yang sama merubung terbengong-bengong melihat Putri Solo yang seperti orang nggak beres. Eh, iya ya, wong terkontaminasi, jela saja semuanya menjadi nggak beres. Eman banget deh, cewek secakep itu kalau terkontaminasi jadi superculun wajahnya. Kayak si Dyah terkena tulup sama.....
“Ya disamping berusaha mengendalikan hawa nafsu kita mengamalkan apa yang ada pada tamba itu,” ujar pak Raja Denda kembali ke pembicaraan semula. “Tamba ati iku lima awernane, maca Qur’an angen-angen sak maknane.....”
“Bapaaak....aku sudah hafal kalau sama itu....tapi......”
“Sudah kau amalkan apa belum? Shalat tepat waktu, mengaji Alquran dan lain sebagainya seperti yang biasa kunasehatkan.”
Putri Solo menunduk tiba-tiba. Yang lain-lain, entah mengapa sama terdiam mendengar kata-kata dari pak Raja Denda yang terakhir. Sepertinya mereka sama merasa kalau disuruh shalat tepat waktu dan mengaji Quran, merupakan pekerjaan paling berat di dunia. Enak asshalutu minannaum daripada asshalatu ghairu minannaum.
“Itulah pengendali diri kita,” gumam pak Raja Denda, muram. “Termasuk di dalam menghadapi gosip kalau aku berpacaran dengan murid.”
Semua sama berpandangan.
“Lho....terus mengapa....Bapaak?”
“Allah telah menurunkan balasan setimpal pada yang menggosipkanku, walau demikian, si penerima beratnya bukan main,” lagi-lagi pak Raja Denda menggumam. Muram.
O, si biang gosip sudah dihukum Allah? Kata hati mereka. Yah....hanya kepada Allah kita meminta supaya kontaminasi cinta bisa dikendalikan. Lantas.....
Semoga Jumpa di Lain Cerita.
Wassalam.
Cerita By : Eyang Made

Tuesday, August 20, 2013

awale

wes 7 taun aq pengen nerusno cerpen seng pernah tak woco pas jamanQ SMA,.
pengen nostalgila ngono critane,.
tp cerpen ki versiQ dhewe,.
nko yo bakal t posting versi asli gawenane mbah made ben iso nostalgia seng biyen pernah sak SMA karo penulis koplak blog iki,.
crito sediluk tentang cerpen ki pas aq SMA biyen,.
cerpen iki nyritake tentang dua makhluk unik penghuni SMADA,.
ng kono yo ono si putri solo seng manis, kalem, sholeha, lan hmmm lah pokoke,.
seng biasane ono seng njenggong<lek g ngerti ra usah mekso> lek ono makhluk lanang cedek cedek putri solo,.
sopo maneh lek gak guru super nyentrik si raja denda,.
lan ora ketinggalan makhluk paling lucu d SMADA si thulalieth, dadi gemes pokoke mbe makhluk siji ki,.
pastine sek akeh penghuni SMADA seng cuma iso gawe awak dewe geleng geleng,.

lha seng iki ono tambahan versi ne penulis,.
ora versi asli mbah made, meski nko yo t tambahi versi asline,.
versi penulis ki nyritake makhluk makhluk penghuni SMADA seng wes transmigrasi dadi arek kuliahan alias mahasiswa,.
mahasiswa d kampus suroboyo ae lah ben g adoh adoh,.
sebut ae kampus e kampus ITS (Institut Teknologi Surobyo), bukan nama sebenarny,.
bwahahaha,.
maklum, koyoke kampus lulusane penulis ki,.
piye kelakuane makhluk makhluk iki ng kampus,.
penulis dewe yo ra ngerti wong critane yo durung d gawe,.
wes pokoke ngetem ae ng kene,.

Wednesday, February 13, 2013

kewajiban sang penulis ng boranan


cerito ki cuma iso bener bener di pahami mbek penulis lan kanca kancane,.
ngene ceritane,.
sopo ae seng ngerti sifate penulis,.
akhir akhir ki penulis d sibukno mbek kegiatan kuliahe,.
biasane kelakuane mahasiswa ku (penulise sek mahasiswa lho) sibuk sibuke lek pas wayahe dadi mahasiswa anyar utowo lek pe minggat/metu teko kampuse,.
cuma penulis dewe sampe g kebayang iso koyok ngono,.
tp ku wes biasa,.
sebagian kelengkapan ono seng nyantol ku yo wes lumrah,.
sampe seng g sido wisuda yo ono,.
penulis g sepiro ngerti ng kampus liyo, tp teko critane kanca yo podho ae,.
seng paling dadi hambatan mahasiswa seng pe lulus biasane ng tes toelf,.
berhubung penulis g wong pinter tp bejo alhamdulillah iso lolos,.
seng durung lulus toefl e ndang belajar,.
seng nggarai nyantol maneh yo iku njaluk tanda tangane dosen,.
tiap maju mesti ono ae kurange,.
mungkin dosen dosen sek podho sayang mbek mahasiswane,.
sementara mahasiswa mahasiswa podho sayang mbek duwike,.
mumpung saiki lagi wayahe wisusdaan, penulis pengen dongano ben kabeh mahasiswa iso cepet lulus,.
akeh seng ngenteni lho,.

Friday, January 18, 2013

ngene ngene yo sek ndelok berita ng boranan


seng rajin nontok berita pasti wes ngerti gambar ki,.
ku gambare presidene kene seng lagi dulinan banyu ng istanane,.
indonesia ku merakyat,.
bahkan seng berandai andai pengen urip d istana yo podho ae mbek gubuk derita,.
ra ono bedane,.
yo maklum lah sek negara berkembang,.
berkembang banjire tiap taun maksude,.
tapi yo perlu diakui lek rakyat indonesia wes makmur,.
iso belonjo akeh barang kebutuhane, bahkan seng ra butuh,.
mosok ra ngerti, lha iku akeh siso bungkuse ngambang ng kali,.
sayang atine ra melu maju ngimbangi uteke seng maju,.
lek wes kadung akeh musibah ng menungso, baru tolong menolong ,.
padahal sampah 1 ae iku yo wes dadi musibah kanggo alam ki,.
tanaman, hewan, tanah, banyu, lan udara,.
seng perlu d perhatikno g cuma menungsane,.
bahkan benda g bernyawa yo perlu d jogo,.
jogo sampahe, lemahe, banyune, udarane, lan mahkluke,.
ku salah satu cara jogo alam iki lan isine,.
ben sesok alam seng jogo anak putune kene,.

Monday, January 7, 2013

inspirasi yo inspirasi ng boranan

mboh kerasukan setan teko ndi,.
lagi pengen nyanyi lagu ki,.






Dari hati yang paling dalam
Terucap kata cinta untukmu
Yang telah lama ingin ku katakan
Sungguh takkan ku ingkari

(*)
Hari demi hari tlah terlewati
Tapi dirimu slalu di hatiku
Kau pujaanku kau bidadariku
Jangan tutup dirimu sebelum aku datang

Reff:
Biarkan ku mencoba menjadi milikmu
Jangan tutup dirimu
Salahkah diri ini yang mencintaimu
Jangan tutup dirimu

Tak banyak yang dapat kulakukan
Untuk membuktikan cintaku
Tapi kata hati yang tulus dan suci
Sungguh aku cinta kamu

Kembali ke: (*), Reff

hayo po judule,.
wong jadul pasti ngerti,.

 
Powered by Blogger