Thursday, August 22, 2013

Mr Romans dan Kopral Jabrik "TERKONTAMINASI CINTA"

Putri Solo suka duduk melenggong di kelas. Setiap kali ada pertanyaan dari bapak atau ibu guru, dia tetap bengong. Ditanya teman-temannya suka terlongong-longong. Digoda mr Romans dan Kopral Jabrik, tetap saja bengong. Baru nyahut ketika kopral Jabrik mengoleskan sepidol ke pipinya yang halus. Baru dia seperti baru sadar dari mimpi terus memukuli kedua shahibnya yang suka menggoda itu. Dia nampak kalau gemes banget. Akan tetapi tetap nggak tahu apa yang sedang dia lakukan. Kedua temannya sama longang-longong mendengar ucapannya si Putri. Dia tetap saja longang-longong begitu keduanya kembali ke tempat duduk. Keduanya sama menghela nafas menatap perilaku sahabatnya. Di dalam hati sama menggumam, sayang, cakep-cakep kok mengong. Terkena penyakit apa ya?
Ihwal Putri Solo yang seperti itu tentu saja menjadi bahan laporan ke pak Radja Denda yang tidur mendengkur di teras mushalla sehabis mengajar dari kelas 12ips. Sambungannya ke kelas 11ipa6, tidak diajar karena beliaunya masih terlelap ke dalam mimpi indah, punya isteri lagi, anak lagi, terus...........
“Pak Radja Denda bangunlah, anak termanismu, Enggar Yustisi rada bengong hari ini,” ujar si Kopral Jabrik dengan takdzim duduk di dekat pak Radja Denda sedang mendengkur. “Apa nggak kasihan sama anak ipa empat itu kalau bengong terus.”
Mr Romans kaget kalau yang terkena mengong kata si Kopral terkena mengong.
“Pral, kenapa si Enggar kena mengong. Tega-teganya kamu. Wong yang kena si Putri,” ujar mr Romans dengan suara serius. “Berdosa lho menciptakan fitnah daripada tidak memfitnah. Eh.....”
“Kamu kok juga ikut-ikutan mengong. Laely, Helfi, Siti, Dyah, Tafiq, dan lain sebagainya sama terkena mengong, tahu?” Kopral Jabrik menyanggah dengan rupa tidak bersalah. Dia malah menyebut nama cewek-cewek yang dia ingat. “Ada yang nggak pernah dapat bonus pelajaran kaya si Novida, Dyah, Putri, Debby, Ana, Febri dan Siska serta Dyah dan lainnya, juga mengong tahu.”
“Curiga aku. Kau sebut nama Dyah tiga kali, hayo ada apa?” mr Romans menyahut dengan nada menggoda. “Ternyata engkau jauh lebih mengong daripada mereka yang kau sebut naamanya. Dasar terkontaminasi.”
Si Kopral meringis mendengar perkataan si Mr Romans. Spontan dia berbisik ke telinga si Mr seraya meringis.
“Kalau terkontaminasi sama si Putri Solo, aku mau aja deh. Kalau sama yang lain jangan dulu dong,” ujarnya. “Tapi katamu tadi aku menyebut nama Dyah sampai tiga kali ya? Enggar kusebut apa nggak? Kalau nggak syukur alhamdulillah.”
“Kok....?” mr Romans memperlihatkan wajah mengongnya.
“Aku kan nggak direken sama si Enggar, kalau sama si Dyah.....,” Kopral garuk-garuk kepala. “Sama Tafiq, manis mana, ya?”
Mr Romans terbahak mendengar ucapan si Kopral.
“Kamu ini sama cewek kok mau saja. Bisa-bisa kucing diraupi kok anggep cewek juga, ya?” olok mr Romans. “Bayangin, si Enggar nggak doyan, si Dyah, belum ditolak, si Tafiq. Nanti siapa lagi cewek yang masuk daftar absen untuk menolakmu?”
Si Kopral terdiam mendengar ucapan si Mr Romans yang rada-rada benar. Dia sejak pisah sama si Thulalit yang menjadi kasi V waktu itu sampai sekarang, belum mendapatkan pengganti yang pas. Mau cari pengganti, masihng cewek sama memiliki jawaban yang sama. Kami ingin berkonsentrasi belajar dulu, mas Kopral. Nggak mau terkontaminasi cinta. Kaya teman mas itu lhoh. Jelas terkontaminasi wong nggak nurut dinasehati sama pak Raja Denda. Kuwalat beneran.”
Si Kopral menatap cewek yang diajak ngomong dan rencananya mau diajak dan ditembak hatinya supaya mau sama dirinya. Dia merasa yakin kalau cewek yang diajak bicara dari kelas sebelas. Tidak diajar pak Radja Denda pula. Kok ngomongnya sama mirip nasehatnya kalau lagi mengajar di kelas dua belas is.
Akan tetapi dia sudah nggak bisa mikir apa-apa lagi. Segera saja dia berjalan cepat menuju ke teras mushalla yang sunyi senyap sepeninggal siswa kelas dua belas. Nggak ada lagi cewek yang nangis di depan pak Raja Denda karena lagi dirundung cinta. Herannya pak Raja Denda mau saja menasehati bahkan mengarahkan dengan sabar. Kabarnya dia digosipkan sama anak kelas ips berapa, begitu lho. Dianya tetap anteng. Jawabannya enteng.
“Orang yang doyan menggosipkan diriku ini, orang yang sirik dan matanya sudah ketutup nafsu syirik,” sahut pak Raja Denda ketika ditanya kok anteng saja mendengar gosipnya dengan sang murid. “Kenapa? Engkau tahu penyakitku dan tidak lagi punya kemampuan seperti yang digosipkan.”
“Kelasnya Enggar, Ia4, ada yang menggosipkan lho?” terdengar sahut kemenyek.
Putri Solo yang mendatangi. Wajah ayu yang biasanya ceria itu, bermuram durja.
“Lho....kamu kok lucu, Yang?” pak Raja Denda segera saja mengomentari keadaan si Putri Solo. “Datang-datang menangis dan hm...jelas kau terkontaminasi cowok.”
“Bapaakkk.....ijinkan aku untuk bercinta dengannya sekejap saja,” si Putri Solo langsung bergulingan di depan pak Raja Denda. “Biar aku bisa menikmati dosa selama di dunia ini.”
Pak Raja hanya tersenyum mendengar rengekan dari Putri Solo. Dia membiarkan cewek itu berguling-guling kaya kesurupan dan lain sebagainya. Beliaunya tetap tenang dan sepertinya tidak ambil pusing dengan anak kesayangan yang lagi dirundung kontaminasi.
“Bapak....kok nggak ngreken sih. Orang lagi kasmaran kok terus dibiarkan kaya orang kesurupan seperti itu,” kopral Jabrik sama Mr Romans ngedumel bersama. “Nggak usah mikir Enggar, kalau sudah waktunya tiba, Bapak juga akan dibikin susah sama cewek imut itu.”
Pak Radja Denda tetap anteng mendengar omelan kedua manusia antik itu. Dia menatap dengan tenang cewek manis yang tidak hanya berguling-guling kemudian menangis dengan lancar, karena tangisannya merupakan tangisan yang baik dan benar. Beliaiu malah mengambil Hpnya, Enggar yang ditelpon.
“Yuk, ikut aku ke pemda saja. Disana banyak alumnus smada yang bisa dimintai bantuan,” ujarnya dengan tenang. “Ya....namanya acara sekolah, kita ikut mensukseskan walau hanya membantu lewat penggalian dana.”
“Tapi jangan lama-lama dong Pak kalau ngobrol. Kan nggak banyak yang bisa dimintai sumbangan,” terdengar suara Enggar yang melengking lewat speaker HP. Maklum pak Raja Denda sekarang rada-rada tuli, kalau nelepon speaker pasti dinyalakan.
“Namanya kan temu kangen, Nak. Ok. Cepetan diselesaikan ulangannya. Kan ada sms berisi kunci jawaban.”
Kedua cowok itu sama melenggong mendengar kalau Enggar sedang ulangan dan mau saja ditelpon. Wah.
“Aku kok nggak direken. Sejak kemarin kok Enggar melulu,” terdengar suara Putri Solo dengan nada alemannya. Lagi-lagi kedua cowok itu melenggong, baru nangis sama gulang-gulung kaya orang kesurupan sekarang sudah kembali seperti semula. Kemenyeknya keluar kalau berhadapan dengan pak Raja Denda.
“Karena engkau tidak mau kunasehati,” sahut pak Raja Denda seraya memasukkan Hpnya ke saku. Wajahnya semringah seraya menatap ke sosok cakep di depannya. “Kalau engkau mau kunasehati, tidak akan kau seperti ini.”
“Mau Bapak. Aku mau dinasehati,” rengek Putri Solo dengan nada memelas.
“Walau masuk telinga kiri terus keluar telinga kanan,” sahut pak Raja Denda seraya berdiri. “Aku mau ke pemda dan mungkin juga alumnus untuk membantu Enggar mencari dana. Lumayan, sambil bernostalgia.”
“Baappaaakk....apa nasehatmu. Akan kulakukan segera,” terdengar suara Putri Solo seperti merengek lagi. Bahkan sekarang bersimpuh di depan bapak kesayangannya. “Aku nurut, biar nggak hanya Enggar yang direken. Biar nggak hanya Laely yang direken. Biar nggak hanya Dyah yang direken. Biar nggak hanya Tafiq yang direken. Biar nggak hanya Siti yang direken. Aku pun direken lebih dari biasanya. Ya Pak ya?”
Pak Raja menatap lekat ke arah Putri Solo.
“Lupakan cowok itu.”
Pak Raja Denda terus mengenakan sepatu, melangkahkan kaki menuju ke satpam. Rupa-rupanya disana sudah ada yang menunggu. Tidak lama kemudian, beliaunya sudah hilang dari pandangan mata. Putri Solo terbengong menatap perilaku bapak ketemu gadhenya. Lain dari biasanya. Akan tetapi terllihat kalau dia mengernyitkan kening.
“Kau tahu, cowok yang kau gendengi itu bisanya menyakiti hati cewek. Ada nama Virna, Dyah, Sita, Situ dan lain sebagainya. Wahai mengapa engkau terkontaminasi sama cowok itu?” terdengar suara meledak-ledak. Si Ratu Gosip yang tiba.
“Kan cowok itu suka sama aku. Menyatakan cinta padaku. Apa aku nggak boleh menerima cinta cowok setampan itu? Kamu mbolo siapa sih, pak Raja Denda apa aku?”
“Untuk apa mbolo kamu, Tri. Kamu tahu nggak, cowok itu masih reruntungan sama cewek dari ipa. Kemarin goncengan berdua menonton film misbar. Sama kamu? Ngajak aja nggak pernah.”
Wajah Putri Solo berubah.
“Apa kau nggak ingat, ketika kita cakruk di depan koperasi, dia lewat lagi nggandeng siapa?” ujar Ratu Gosip dengan bersemangat.
“Nggandeng siapa ya? Aku kok lupa?” si Putri Solo menggaruk-garuk kepala. Dia seperti pikun kalau diajak berbicara mengenai cowok yang dikaguminya. Bahkan nggak percaya sama sekali kalau si cowok suka gonta-ganti pasangan. Bahkan kabarnya, lengket kembali sama pacar yang sudah mantan, Putri Solo hanya menjadi penggembira belaka walau sosoknya melebihi siapa saja yang dekat sama sowok yang digendenginya.
“Dasar sudah terkontaminasi. Ulangan jeblok, demi cinta rela. Nilai jeblok, demi cinta nggak apa-apa. Makan tuh cinta.”
Putri Solo melenggong mendengar ucapan tersebut. Sepertinya datang dari mana-mana. Dia bingung, siapa yang mengatakan seperti itu? Siapa? Sepertinya si mr Romans, Kopral Jabrik, pak Raja Denda, Ratu Gosip eh....Laely kok juga kaya ikut ngomong.
“Aku di kelas sepuluh punya peringkat bagus. Di kelas sebelas jeblog, di kelas dua belas tambah terjun bebas. Kita nggak nyadar kalau cinta bisa begitu menghancurkan. Akankah kita terpuruk karena cinta?”
Putri Solo dengan nada alemannya melongang-longong sepertinya semua teman sama menasehatinya. Termasuk mereka yang terkontaminasi cinta. Yang paling sadis menurutnya adalah ucapan pak Raja Denda. Begitu menyembilu rasanya.
“Kau pernah berkata, cintamu hanya karena Allah semata. Akan tetapi apa yang kau lakukan? Meminta sekejap kebahagiaan dan menabung dosa di dunia. Kau katakan itu cinta?” ujar pak Raja Denda dengan suara tegas. “Kau dikuasai hawa nafsu. Tidak ada yang lain.”
Aku dikuasai hawa nafsu? Lantas, apakah cintaku nggak tulus suci mengharapkan seseorang yang kesana-kemari bersama cewek dengan janji-janji yang nggak pernah ditepati. Dia tetap saja berharap. Oh, apa yang terjadi? Nilai jeblog, tetap berharap. Bergandeng dengan cewek lain, masih berharap.
Pak Radja Denda kemana engkau? Masa engkau pergi bersama Enggar dan Bela untuk mencari sumbangan pada alumnus untuk dies natalies? Engkau tadi meninggalkanku dengan ucapan yang menusuk perasaan akan tetapi semuanya kenyataan. Lupakan cowok itu. Nggak nyadar, dia mengambil hp. Mengirim sms singkat ke pak Raja Denda. “Bapak.” Terus kepalanya nggliyeng kaya Laely kalau lagi mikir cowok.
“Astaghfirullah....,” tiba-tiba Putri Solo beristighfar. Dia segera berlari ke tempat wudhu. Mengambil air wudhu, mendirikan shalat Dhuha. Memohon petunjuk yang benar kepada Allah semata. Bukan kepada yang lain. Dia bersimpuh usai sujud ke hadapan yang Maha Kuasa.
Teman-temannya sama melenggong melihat perilaku Putri Solo. Akan tetapi mereka sama diam. Dibiarkannya cewek cakep itu terus dengan aktifitasnya sampai pak Radja Denda datang bersama Enggar yang datang seraya memegang keningnya. Enggar ngelu terkontaminasi cinta? Entah, wong pak Radja Denda datang ya gak ngomong apa-apa. Beliaunya langsung membaringkan tubuhnya ke lantai masjid. Merem. Si Enggar bergabung bersama mereka terus memegang kepalanya.
Mr Romans, Kopral Jabrik sama Ratu Gosip saling berpandangan.
Tiga orang itu terkontaminasi apa saja ya?
Pak Raja Denda datang lagi pada saat Dzuhur menjelang. Diikuti Enggar dan sosok yang rada-rada mirip sama Ratu Gosip, kabarnya dia ini ketua seksi V. Aneh, pak Raja Denda tumben mau keluar bersama kedua anak yang lebih suka aktif di osis daripada seksi yang dibawahi sehingga terlantar kegiatannya. Dia langsung duduk di teras seraya mengambil rokok. Beliaunya menunggu kumandang adzan Dhuhur.
Putri Solo langsung berlari dari dalam. Dia mengenakan mukena. Bersimpuh di depan bapak ketemu gedhenya.
“Bapak....apa yang harus kulakukan supaya tidak terkontaminasi cinta? Bapak, jawablah. Biar ada pencerahan di dalam diriku juga teman-teman yang lagi terkena panah asmara.”
Pak Radja Denda hanya tersenyum.
“Semua orang nanti pasti terkena dan sudah di nas oleh Allah Subhanahuwataala. Kita tidak akan bisa menghilangkan, hanya bisa mengendalikan. Ibarat perang kita memasuki tahap paling dahsyat sebagaimana yang disabdakan Rasul, kita akan memasuki perang paling dahsyat yaitu perang melawan hawa nafsu. Sementara hawa nafsu itu berada di dalam diri kita sendiri. Membunuh nafsu kan kita membunuh diri sendiri sendiri.”
“Ya....ya....Bapak. aku kepingin bunuh diri. Nggak papa ya Bapak,” ujar Putri Solo dengan rupa sedemikian culunnya.
“Oke....kutunggu bantuannya,” ujar pak Radja Denda lagi. “Ada cewek rada-rada nggak waras mau minta mati supaya nggak punya hawa nafsu. Ok, sekalian bawa psikolog, psikiater dan dokter jiwa.”
Putri Solo melenggong mendengar pak Raja Denda seperti ngomong dengan seseorang tetapi nggak kelihatan wujudnya.
“Bapak ngomong sama siapa?” tanya Putri Solo sambil tolah-toleh kesana kemari. Dia nggak ngerasa kalau diajak ngomong. “Bapak....Bapak....juga terkontaminasi?”
“Ya....ya....aku juga terkontaminasi,” sahut pak Raja Denda dengan rupa ikut-ikutan linglung. “Terkontaminasi gosip 2009.”
Putri Solo meringis. Dia ingat kalau bapak ketemu gedhenya ini digosipkan sama murid, katanya berpacaran sama siswa kelas ips. Pantesan, Enggar sama temannya langsung ngacir. Takut digosipkan atau khawatir ditaksir pak Raja Denda. He....he....he, wong dia digosipkan sama pak Raja Denda ada guru yang menasehati, dia hanya diam dan mengangguk tapi cuek.
“Digosipkan sama siapa Bapak? Sama aku saja, nggak apa-apa. Kan digosok-gosok tambah sip end pulsaku bertambah banyak,” ujarnya dengan nada kenes. Dia nampak senang banget Enggar alergi sama pembinanya padahal si pembina cuma sayang sebagaimana ajaran agama. Eh....?
Putri Solo segera mengembalikan ekspresi wajah memelasnya.
“Lantas....bagaimana saya tidak terkontaminasi cinta....eh, mengendalikan hawa panas eh.....Enggar alergi sama Bapak,” ujar Putri Solo dengan suara tersendat-sendat. “Ya...ya Pak. Gosip Bapak berpacaran sama murid menjadi headline di kelasnya Enggar.”
Mr Romans, Kopral Jabrik dan Ratu Gosip yang sama merubung terbengong-bengong melihat Putri Solo yang seperti orang nggak beres. Eh, iya ya, wong terkontaminasi, jela saja semuanya menjadi nggak beres. Eman banget deh, cewek secakep itu kalau terkontaminasi jadi superculun wajahnya. Kayak si Dyah terkena tulup sama.....
“Ya disamping berusaha mengendalikan hawa nafsu kita mengamalkan apa yang ada pada tamba itu,” ujar pak Raja Denda kembali ke pembicaraan semula. “Tamba ati iku lima awernane, maca Qur’an angen-angen sak maknane.....”
“Bapaaak....aku sudah hafal kalau sama itu....tapi......”
“Sudah kau amalkan apa belum? Shalat tepat waktu, mengaji Alquran dan lain sebagainya seperti yang biasa kunasehatkan.”
Putri Solo menunduk tiba-tiba. Yang lain-lain, entah mengapa sama terdiam mendengar kata-kata dari pak Raja Denda yang terakhir. Sepertinya mereka sama merasa kalau disuruh shalat tepat waktu dan mengaji Quran, merupakan pekerjaan paling berat di dunia. Enak asshalutu minannaum daripada asshalatu ghairu minannaum.
“Itulah pengendali diri kita,” gumam pak Raja Denda, muram. “Termasuk di dalam menghadapi gosip kalau aku berpacaran dengan murid.”
Semua sama berpandangan.
“Lho....terus mengapa....Bapaak?”
“Allah telah menurunkan balasan setimpal pada yang menggosipkanku, walau demikian, si penerima beratnya bukan main,” lagi-lagi pak Raja Denda menggumam. Muram.
O, si biang gosip sudah dihukum Allah? Kata hati mereka. Yah....hanya kepada Allah kita meminta supaya kontaminasi cinta bisa dikendalikan. Lantas.....
Semoga Jumpa di Lain Cerita.
Wassalam.
Cerita By : Eyang Made

3 comments:

namasayanida said...

ijin nyimak om..

itu karangan mu? kalo iya like this.

yugi said...

tu karangan guru SMA ane gan, si Eyang Made,.
buat nostalgia ja ma temen temen SMA ane dulu,.
tp ane jg bikin versi ane ndiri cuma masi d ketik,.
mohon tunggu ja gan, trus d komeng bagus mana karangan ane ma yg ni,.

namasayanida said...

Agan lah -.-
oke ksh tau aja klo udh update lg, ntar ane komeng. :D

Post a Comment

 
Powered by Blogger