
Kini  untuk pertama kalinya, alat musik ini dimainkan dengan melantunkan  komposisi lagu abad ke-18 gubahan Bach “O Jesu Christ, meins lebens  licht”. Para peneliti di Engineering and Physical Sciences Research  Council (EPSRC) dan University of Edinburgh bekejasama meneliti alat  ini.
Degan  kolaborasi yang baik, Schola Cantorum Basiliensis (SCB) berhasil  memainkan kembali alat Lituus yang sebelumnya orang tidak pernah tahu  seperti apa bentuk dan hasil suaranya. Para peneliti ini mengembangkan  sebuah sistim yang membuat mereka mampu memainkan alat Lituus  berdasarkan bentuk dan susunan not. Hasilnya, mereka menciptakan alat  Lituus sepanjang 2,4 meter terbuat dari tanduk lurus dengan lonceng di  ujungnya.
Sulit dimainkan
Mereka mengaku sulit untuk memainkan alat musik ini yang memiliki jarak nada terbatas. Perangkat lunak yang dikembangkan oleh seorang mahasiswa PhD, Dr Alistair Braden mampu mengembangkan rancangan alat musik tiup ini.
Mereka mengaku sulit untuk memainkan alat musik ini yang memiliki jarak nada terbatas. Perangkat lunak yang dikembangkan oleh seorang mahasiswa PhD, Dr Alistair Braden mampu mengembangkan rancangan alat musik tiup ini.
Dr  Braden bersama supervisornya Professor Murray Campbell dibantu oleh  konservatorie spesialis alat musik Swiss, Schola Cantorum Basiliensis  (SCB). Pihak SCB memberikan tim Edinburgh gagasan mereka berdasarkan  bentuk dan nada yang dihasilkan ketika alat ini dimainkan. “Perangkat  lunak ini menggunakan data untuk merancang sebuah alat musik yang  berguna dan luwes saat dimainkan dengan kualitas nada dan akustik,”  jelas Professor Campbell.
Pihak  SCB kini menggunakan rancangan Edinburgh ini untuk menciptakan dua  contoh Lituus yang sama. Keduanya dimainkan di awal tahun ini di Swiss  dengan melantunkan gubahan Bach yang ditulis tahun 1730-an.
0 comments:
Post a Comment