Kuman Tuberculosis (TBC) sangat mudah menular, terutama saat daya tahan tubuh melemah. Salah satu penyebab daya tahan tubuh menurun adalah kehamilan, yang membuat risiko tertular TBC naik 70 persen hingga 6 bulan setelah melahirkan.
Sebuah penelitian yang dimuat di American Journal of Respiratory mengugnkap, risiko penularan TBC naik 70 persen pada masa kehamilan hingga 6 bulan setelah melahirkan. Karena itu, para bidan diimbau untuk mewaspadai gejala TBC pada masa-masa tersebut.
Penelitian yang melibatkan 190.000 perempuan tersebut dilakukan dalam periode yang cukup panjang, yakni 12 tahun. Dalam periode tersebut, terjadi 15,4 kasus penularan TBC di tiap 100.000 partisipan dari kelompok ibu hamil dan usai melahirkan sedangkan rata-rata secara umum angkanya hanya 9,1.
Diyakini, peningkatan risiko pada ibu hamil dan setelah melahirkan terjadi akibat penurunan sistem kekebalan tubuh. Bukan hanya TBC, pada masa-masa tersebut perubahan komposisi hormonal yang dialami perempuan membuatnya rentan terhadap segala jenis kuman.
Terkait temuan ini, Health Protection Agency telah mengimbau para bidan di seluruh Inggris untuk mewaspadai setiap gejala yang mengindikasikan infeksi TBC pada ibu hamil. Gejala infeksi TBC antara lain batuk yang tidak sembuh-sembuh hingga lebih dari 3 minggu.
"TBC bisa dicegah dan juga bisa diobati, tetapi akibatnya sangat fatal kalau dibiarkan begitu saja," ungkap Prof Ibrahim Abubakar, seorang peneliti TBC dari University of East Anglia saat mengomentari imbauan tersebut seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (9/12/2011).
Pengobatan TBC biasanya memakan waktu sangat lama, antara 6-9 bulan. Banyak pasien tidak menyelesaikan pengobatannya karena merasa bosan, lalu memicu resistensi atau kekebalan kuman TBC sehingga butuh obat lain yang lebih kuat dan mahal untuk mematikannya.
Sebuah penelitian yang dimuat di American Journal of Respiratory mengugnkap, risiko penularan TBC naik 70 persen pada masa kehamilan hingga 6 bulan setelah melahirkan. Karena itu, para bidan diimbau untuk mewaspadai gejala TBC pada masa-masa tersebut.
Penelitian yang melibatkan 190.000 perempuan tersebut dilakukan dalam periode yang cukup panjang, yakni 12 tahun. Dalam periode tersebut, terjadi 15,4 kasus penularan TBC di tiap 100.000 partisipan dari kelompok ibu hamil dan usai melahirkan sedangkan rata-rata secara umum angkanya hanya 9,1.
Diyakini, peningkatan risiko pada ibu hamil dan setelah melahirkan terjadi akibat penurunan sistem kekebalan tubuh. Bukan hanya TBC, pada masa-masa tersebut perubahan komposisi hormonal yang dialami perempuan membuatnya rentan terhadap segala jenis kuman.
Terkait temuan ini, Health Protection Agency telah mengimbau para bidan di seluruh Inggris untuk mewaspadai setiap gejala yang mengindikasikan infeksi TBC pada ibu hamil. Gejala infeksi TBC antara lain batuk yang tidak sembuh-sembuh hingga lebih dari 3 minggu.
"TBC bisa dicegah dan juga bisa diobati, tetapi akibatnya sangat fatal kalau dibiarkan begitu saja," ungkap Prof Ibrahim Abubakar, seorang peneliti TBC dari University of East Anglia saat mengomentari imbauan tersebut seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (9/12/2011).
Pengobatan TBC biasanya memakan waktu sangat lama, antara 6-9 bulan. Banyak pasien tidak menyelesaikan pengobatannya karena merasa bosan, lalu memicu resistensi atau kekebalan kuman TBC sehingga butuh obat lain yang lebih kuat dan mahal untuk mematikannya.
0 comments:
Post a Comment