Anda pernah mendengar kisah tentang seseorang yang melakukan suatu pelanggaran, tetapi ketika diprotes malah balik menggertak, "Anda tahu saya ini siapa?"
Ternyata, perilaku seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika. Penelitian baru dari University of California at Berkeley memaparkan, orang yang memiliki kelas sosial yang lebih tinggi cenderung tidak jujur dalam bernegosiasi, melanggar aturan untuk dapat memenangkan hadiah, membuat keputusan-keputusan yang tidak etis, dan perilaku-perilaku tidak beretika lainnya, daripada mereka yang datang dari kelas sosioekonomi yang lebih rendah. Orang berstatus sosial yang lebih tinggi, atau orang kaya, juga cenderung berbohong dan bersikap curang.
Menurut Karl Aquino, profesor bidang perilaku organisasi dan manajemen sumber daya di Saunders School of Business, University of British Columbia di Canada, ada bukti yang menyatakan bahwa orang kaya merasa memiliki kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan mereka. Dengan "keuntungan" tersebut, mereka dapat mengurangi stres dan kemungkinan mendapatkan pemahaman yang lebih besar mengenai kepastian hidup.
Dalam eksperimen di jalan raya, peneliti mengamati bahwa pengemudi dengan mobil mahal cenderung untuk memotong jalan para pengendara motor di perempatan jalan yang padat, dan kurang menghargai orang yang sedang menyeberang jalan. Secara kasar, 45 persen pengemudi mobil yang dianggap memiliki status sosial yang tinggi mengabaikan pejalan kaki, dibandingkan dengan pengemudi kendaraan yang lebih sederhana (30 persen).
Eksperimen ini memang tidak membuktikan bahwa pengemudi mobil mewah melanggar peraturan lalu lintas karena kekayaan membuat mereka egois. Namun, pengemudi tampaknya mendahulukan kepentingannya lebih dulu, tanpa memedulikan hukum dan kepentingan orang lain.
"Mereka (pengemudi mobil mewah) itu memprioritaskan diri sendiri," ujar Paul Piff, mahasiswa pasca sarjana University of California, Berkeley, yang memimpin studi ini. "Mereka kurang memikirkan apa yang dilakukan orang lain, dan tampaknya menganggap hukum itu berpotensi untuk dilanggar. Semakin banyak yang mereka miliki, mereka semakin terbiasa memaksakan keinginan mereka sendiri."
Namun, hal ini tidak berarti mereka dengan sengaja melakukannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan cara di bawah sadar untuk lebih berfokus pada kebutuhan diri sendiri. Selain itu, peneliti juga mengemukakan bahwa tidak semua orang kaya bertindak kurang etis, sedangkan orang miskin selalu beretika.
Aquino menambahkan, sulit mengatakan apakah karena kaya orang jadi tidak beretika, atau apakah orang bertindak tanpa etika agar menjadi kaya. Namun, "Ada bukti bahwa perilaku 'brengsek' bisa membantu orang menjadi lebih sukses secara finansial, dan kemungkinan ada beberapa karakter lain seperti agresi, kasar, dan kurang berempati menghasilkan kemampuan seseorang untuk mengumpulkan kekayaan."
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini, terlihat juga bahwa orang di kelas sosial yang lebih tinggi seringkali kurang menyadari orang lain, tidak mampu mengenali apa yang dirasakan orang lain, kurang ikhlas, dan menjauhkan diri secara sosial. Contohnya, kerap sibuk dengan ponselnya, atau mencoret-coret kertas, ketika berinteraksi dengan orang lain.
0 comments:
Post a Comment