Tuesday, April 24, 2012

Unik, Air Kencing Pun Laku Terjual Rp. 1000/liter di Indramayu ng boranan

Sekarang kalau kebelet jangan buru-buru langsung beser di WC. Karena di Indramayu air kencing menjadi komoditas yang bernilai ekonomi. Di Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, air kencing bisa laku dijual seharga Rp 1.000/liter ke perusahaan pengolah pupuk organik.



Setiap hari, tak kurang dari 1.500 liter air kencing yang "diproduksi" berbagai lapisan masyarakat dikumpulkan dan ditampung di sebuah gudang milik PT. Dwi Fajar, perusahaan yang memproduksi pupuk organik cair di Blok Karangsinom, Kandanghaur, Indramayu. Di gudang penyimpanan PT. Dwi Fajar yang ber-AC itu, air kencing sudah tidak berbau lagi.



Air berbau pesing yang merupakan limbah manusia itu setelah dicampur dengan bahan-bahan bahan-bahan alami seperti air kelapa dan berbagai bahan lain kemudian diproses dan difermentasi menjadi sebuah produk pupuk organik cair yang mampu menyuburkan segala macam tanaman seperti padi dan palawija.



Pupuk organik cair itu dikemas dalam botol di mana 1 liter pupuk organik cair harga jualnya Rp 30.000. Dan dosis untuk setiap 1 hektar tanaman padi cukup 2 liter saja atau seharga Rp. 60.000.



Perbandingan manfaat antara pupuk urea produksi pabrik dengan pupuk organik cair yaitu,1 liter pupuk organik cair yang harganya hanya Rp 30.000/liter ekuivalen 100 kg pupuk urea yang harganya Rp 190.000 Penggunaan pupuk organik cair itu ternyata lebih efisien dan hasilnya sangat menggembirakan.



Berdasarkan hasil uji laboratorium milik PT. Dwi Fajar, air kencing pada produk pupuk organik cair itu berguna membuat tanaman lebih tahan dari serangandari penyakit. Sedangkan air kelapa untuk meningkatkan kesuburan tanaman, baik padi maupun palawija.



Pupuk organik cair kini jadi alternatif para petani di Indramayu khususnya dalam menghadapi kelangkaan pupuk urea serta mahalnya harga pestisida di pasaran. Dan yang terpenting, penggunaan pupuk organik cair itu aman dari dampak residu atau bahan racun yang merugikan kesehatan manusia.

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger