Sudah saatnya pekerjaan dianggap sebagai aktifitas yang menyenangkan karena stres di tempat kerja dapat meningkatkan risiko stroke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres yang dialami pria di tempat kerja menyebabkan mereka 1,4 kali lebih mungkin mengalami stroke.
"Sekitar 10 persen stroke dalam kelompok ini dapat dikarenakan stres pekerjaan. Sisanya terkait dengan faktor risiko lain seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes," kata para peneliti seperti dilansir myhealthnewsdaily.com, Senin (19/12/2011).
Temuan ini didasarkan pada data hampir 5.000 orang pria berusia 40-59 tahun yang tinggal di Kopenhagen, Denmark. Peserta disurvei pada tahun 1970 hingga 1971 dan dipantau selama 30 tahun, yaitu sampai tahun 2001.
Para pria diberi ujian fisik dan diminta menjawab pertanyaan tentang konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan apakah mereka mendapat pengobatan untuk diabetes. Peserta tidak dimasukkan dalam penelitian jika memiliki riwayat penyakit jantung atau serangan jantung.
Peneliti memberi pertanyaan, "Apakah Anda di bawah tekanan psikologis ketika melakukan pekerjaan Anda?" dan peserta akan menjawab dengan 'jarang' atau 'teratur'.
Selama masa penelitian, 779 orang laki-laki menderita stroke dan 167 orang meninggal dunia. Para peserta dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan kelas sosial dengan cara memperhitungkan tingkat pendidikan dan posisi pekerjaan.
Dalam artikel yang dimuat Journal of Occupational and Environmental Medicine, peneliti tidak menemukan hubungan antara stres psikologis di tempat kerja pada dua kelas terendah hanya pada kelas sosial tinggi saja.
Di antara pria dalam tiga kelas tertinggi, risiko stroke meningkat 38 persen pada pria yang mengalami stres di tempat kerja secara teratur daripada pria yang mengaku jarang mengalami stres.
Risiko ini paling mencolok pada pria yang lebih muda, mungkin karena orang-orang ini terkena stres karena pekerjaan dalam waktu yang lama. Peserta peneltian yang tua kemudian pensiun tak lama setelah studi dimulai.
Tidak jelas mengapa hubungan itu hanya ditemukan pada laki-laki dalam kelas sosial yang tinggi. Mungkin pekerjaan berstatus tinggi memberi tekanan yang semakin tinggi, sebab hanya sedikit laki-laki dalam kelas bawah yang mengakui mengalami stres kerja secara teratur.
"Sekitar 10 persen stroke dalam kelompok ini dapat dikarenakan stres pekerjaan. Sisanya terkait dengan faktor risiko lain seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes," kata para peneliti seperti dilansir myhealthnewsdaily.com, Senin (19/12/2011).
Temuan ini didasarkan pada data hampir 5.000 orang pria berusia 40-59 tahun yang tinggal di Kopenhagen, Denmark. Peserta disurvei pada tahun 1970 hingga 1971 dan dipantau selama 30 tahun, yaitu sampai tahun 2001.
Para pria diberi ujian fisik dan diminta menjawab pertanyaan tentang konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan apakah mereka mendapat pengobatan untuk diabetes. Peserta tidak dimasukkan dalam penelitian jika memiliki riwayat penyakit jantung atau serangan jantung.
Peneliti memberi pertanyaan, "Apakah Anda di bawah tekanan psikologis ketika melakukan pekerjaan Anda?" dan peserta akan menjawab dengan 'jarang' atau 'teratur'.
Selama masa penelitian, 779 orang laki-laki menderita stroke dan 167 orang meninggal dunia. Para peserta dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan kelas sosial dengan cara memperhitungkan tingkat pendidikan dan posisi pekerjaan.
Dalam artikel yang dimuat Journal of Occupational and Environmental Medicine, peneliti tidak menemukan hubungan antara stres psikologis di tempat kerja pada dua kelas terendah hanya pada kelas sosial tinggi saja.
Di antara pria dalam tiga kelas tertinggi, risiko stroke meningkat 38 persen pada pria yang mengalami stres di tempat kerja secara teratur daripada pria yang mengaku jarang mengalami stres.
Risiko ini paling mencolok pada pria yang lebih muda, mungkin karena orang-orang ini terkena stres karena pekerjaan dalam waktu yang lama. Peserta peneltian yang tua kemudian pensiun tak lama setelah studi dimulai.
Tidak jelas mengapa hubungan itu hanya ditemukan pada laki-laki dalam kelas sosial yang tinggi. Mungkin pekerjaan berstatus tinggi memberi tekanan yang semakin tinggi, sebab hanya sedikit laki-laki dalam kelas bawah yang mengakui mengalami stres kerja secara teratur.
0 comments:
Post a Comment