Tuesday, October 25, 2011

Inilah mengapa Kalimantan di Takuti Belanda


http://betang.com/wp-content/uploads/sipet-sumpit-dayak-pedalaman.jpg



PADA zaman penjajahan di Kalimantan

dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan

senapan dengan teknologi mutakhir pada

masanya, sementara prajurit Dayak

umumnya hanya mengandalkan sumpit.

Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang

prajurit Dayak diterjang peluru.
Spoiler for buka:

http://1.bp.blogspot.com/_21hDDNjCgUE/S9KxXh3iS0I/AAAAAAAADAo/wPV-BPc0V6M/s400/tombak+sumpit+dayak.jpg




Penyebab yang membuat pihak penjajah

gentar itu adalah anak sumpit yang beracun.

Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit

Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan

getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam

kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.
Spoiler for buka:

http://st281460.sitekno.com/images/art_26002.jpg



http://1.bp.blogspot.com/-j4KCARsi34A/Ti00ohunxTI/AAAAAAAAB3U/De1jKDsz2Ik/s1600/Tari%2BSumpit.JPG






"Makanya, tak heran penjajah Belanda

bilang, menghadapi prajurit Dayak itu

seperti melawan hantu," tutur Pembina

Komunitas Tarantang Petak Belanga,

Chendana Putra, di Palangkaraya,

Kalimantan Tengah, Kamis (2/6/2011). Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba

saja satu per satu serdadu Belanda terkapar,

membuat sisa rekannya yang masih hidup lari

terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas

dengan tembakan, dampak timah panas

ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.

Tak sampai lima menit setelah tertancap anak

sumpit pada bagian tubuh mana pun, para

serdadu Belanda yang awalnya kejang-

kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam

hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak

dan bukan pada bagian yang penting, peluru

tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat

beberapa minggu, mereka pun siap berperang

kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat

mendukung pergerakan mereka di hutan

rimba.
Spoiler for buka:




"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda

di Kalimantan umumnya umumnya hanya

terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak

menyentuh hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit

tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk

dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau

babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi,

tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat

lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya

pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika

di makan. "Mereka yang mengonsumsi daging

buruan tak akan sakit atau keracunan," kata

Chendana.

Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari

sambil terkencing-kencing.

"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang

nyata secara harfiah. Orang atau binatang

yang kena anak sumpit, biasanya kejang-

kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.
Spoiler for sumber:
http://kompas.com/read/2011/06/02/14431016/Sumpit.Dayak.Lebih.Ditakuti.Dari.Peluru

Quote:
Originally Posted by goldrushes View Post
Jangan bilang primitif gan, orang Dayak juga sekarang juga sudah menyerap arus globalisasi dan modernisasi, tetapi tetap memfilter dan menjalankan budaya.



Bahkan militer sekarang pun, terutama di Kalimantan membentuk pasukan khusus penyergap dengan sumpit sebagai salah 1 senjatanya disamping senjata api dan peledak.



Ini beritanya gan :
Penggunaan Sumpit Oleh Yonif Raider



Nih pic nya :























Masukan page one dech gan, buat tambahan pengetahuan.


0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger