Wednesday, October 26, 2011

Nyos Lake, Danau Yang Telah Mengorbankan 1.800 Jiwa ng boranan




Namun, pada tahun 1986, terjadi keanehan di pemukiman penduduk itu.
Sekitar 1700 orang meninggal secara mendadak dan bersamaan. Yang lebih
anehnya, semua penduduk yang meninggal itu tewas dalam posisi ketika
sedang melakukan pekerjaan sehari-hari.



Ada yang tewas sambil memompa air, sedang memasak dan ada juga yang
tewas ketika sedang meminum segelas air. Beberapa orang yang selamat
dari peristiwa itu menceritakan apa yang terjadi pada hari orang-orang
tersebut meninggal.



Katanya, pada malam sebelum kejadian itu, udara tiba-tiba terasa hangat
dan tercium bau seperti telur busuk. Masyarakat tidak terlalu
memperdulikan kejadian itu. Dan tiba-tiba keesokan paginya, banyak mayat
yang bergelimpangan ketika mulai sibuk dengan aktivitas harian mereka.









Tidak ada yang tahu pasti apa yang menjadi penyebab kematian yang aneh
itu. Namun para ahli menemukan, kalau warna air Danau Nyos berubah dari
bening menjadi warna oranye terang.



Untuk mencari jawaban, para ahli kemudian meneliti Danau Craten di
Oregon. Danau ini adalah danau terluas nomor tujuh di dunia. Luasnya
mencapai 50 km persegi dengan kedalaman 594 meter. Sehingga digambarkan
kalau Empire State dimasukkan ke danau ini, pasti akan tenggelam.



Danau Craten menampung sekitar 19 triliun liter air. Sekitar 7700 tahun
yang lalu, Gunung Mazame di tempat itu meletus dan melemparkan puncak
gunungnya. Kawah inilah yang kemudian membentuk Danau Craten.



Namun, ternyata aktivitas gunung Mazame masih tetap mempengaruhi danau
tersebut. Karena dibawah danau ternyata masih terdapat kolam-kolam bekas
magma yang masih tetap panas.



Para ahli menemukan bahwa suhu air di dasar danau lebih hangat beberapa
derajat, kadar garamnya juga sepuluh kali lebih pekat dan mengandung
banyak CO2. Lalu CO2 ini kemudian merembes dari celah-celah kerak bumi
dan menuju ke kawah yang kini telah menjadi danau.



Namun, keberadaan air telah menghalangi CO2 itu naik ke udara. Kalaupun
ada sedikit yang terlepas, masih bisa hilang terbawa hembusan angin.
Sehingga tidak terlalu membahayakan.



Proses pergantian musim juga sangat mempengaruhi. Pada musim dingin,
perputaran air akan terdorong ke bawah karena suhu dibawah lebih hangat.
Sebaliknya pada musim panas, perputaran air akan naik ke atas.



Siklus inilah yang kemudian membuat munculnya lapisan-lapisan air yang
berbeda kadar kepadatannya. Lapisan air yang paling bawah lebih pekat
daripada yang diatas. Di lapisan air yang paling bawah inilah CO2 yang
mengalir dari dasar bumi itu tertahan.



CO2 tidak bisa naik lebih tinggi karena perbedaan kepekatan air di
lapisan atasnya. Sehingga berkumpul dan terakumulasi selama puluhan
tahun dan menjadi sangat banyak di lapisan air yang paling bawah.



Fenomena ini kemudian ditemukan juga pada Danau Horseshoe yang berukuran
lebih kecil dari Danau Craten. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar danau
itu mengering dan akhirnya mati.



Setelah diselidiki, ternyata kadar CO2 di danau ini mencapai 100
ton/hari dan meresap ke tanah. Inilah yang membuat pohon-pohon di
sekitarnya mati. Para ahli kemudian melakukan percobaan dengan menggali
sedikit tanah di tepi danau itu lalu mencoba menyalakan api.



Namun, akibat pekatnya kadar CO2 nya, api langsung padam begitu
didekatkan dengan tanah. Ternyata akumulasi CO2 yang sudah sangat banyak
di danau itu akhirnya meluap dan menyebabkan danau itu menjadi sangat
berbahaya.



Namun, kadar CO2 di Danau Horseshoe tidak terlalu membahayakan manusia,
karena batas kadar yang membahayakan adalah 1,75 juta ton. Dan ini hanya
akan terjadi pada peristiwa gunung meletus.



Penemuan-penemuan inilah yang kemudian membantu para ahli untuk bisa
menyimpulkan apa yang terjadi di Danau Nyos. Malam hari sebelum
peristiwa itu, ada sebuah tebing di tepian danau, runtuh dan masuk ke
air.



Diperkirakan reruntuhan tebing ini telah menggoncang lapisan-lapisan
air. Sehingga lapisan paling dasar yang dipenuhi dengan CO2 menjadi
pecah dan mengalirkan CO2 dalam jumlah besar ke permukaan danau.



Keesokan paginya aliran CO2 ini kemudian memasuki wilayah pemukiman
penduduk. Dan karena CO2 tidak berwarna dan tidak berbau, penduduk tidak
menyadari kedatangannya. Itulah yang menyebabkan banyak penduduk yang
tewas ketika sedang mengerjakan kegiatan hariannya.



CO2 ini seperti pembunuh yang mengintai diam-diam. Mungkin hanya
segelintir orang saja yang menyadari adanya bahaya tak kasat mata yang
terdapat di dasar danau yang terlihat sangat indah di permukaannya itu.



Tanpa mereka sadari, mereka elah menghirup CO2 yang berasal dari lapisan
paling dasar danau, yang telah terakumulasi selama puluhan tahun. Dan
banyak sekali orang yang meninggal karena itu.

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger