Friday, October 28, 2011

Negara yang Jumlah Prianya Lebih Banyak Bisa Berbahaya ng boranan

Populasi dunia akan mencapai 7 miliar akhir Oktober 2011 ini. Tapi rasio jumlah penduduk lelaki dan perempuan saat ini saja sudah tidak ideal lagi karena populasi pria makin banyak. Negara yang punya penduduk pria banyak dianggap berbahaya dan dinilai menjadi ancaman bagi negara lain.

pria banyak bahaya

Para ahli memperingatkan bahwa rasio jenis kelamin yang timpang bisa menyulut munculnya masyarakat yang didominasi para lajang yang didorong oleh persaingan agresif untuk mencari pasangan, adu kekuatan berupa perang atau munculnya wisata seks.

Alam menyediakan suatu standar biologis perbandingan jenis kelamin yang kaku sebanyak 104-106 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Setiap perbedaan signifikan dari kisaran yang sempit hanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang abnormal.

Di India dan Vietnam rasio perbandingan perempuan dan laki-laki angkanya adalah sekitar 112 anak laki-laki untuk setiap 100 anak perempuan. Di China hampir 120 anak laki-laki untuk 100 anak perempuan dan di beberapa tempat bahkan ada yang lebih tinggi dari 130 anak laki-laki.

Dan kecenderungan ini makin menyebar. Di daerah Kaukasus Selatan seperti Azerbaijan, Georgia dan Armenia, rasio kelahirannya lebih dari 115 anak laki-laki untuk 100 anak perempuan dan tetap seperti demikian hingga ke barat, Serbia dan Bosnia.

Pakar populasi dari Prancis Christophe Guilmoto menyebutnya dengan istilah 'maskulinisasi demografis yang mengkhawatirkan'. Konsekuensi fenomena ini di negara-negara seperti India dan China sebagai akibat dari aborsi masih belum jelas.

Tapi banyak ahli yang percaya bahwa kurangnya wanita dewasa yang dialami saat ini akan berdampak dalam pada 50 tahun ke depan sebagaimana dampak perubahan iklim. Masalah kesadaran global itu bangkit kembali pada tahun 1990 lewat sebuah artikel pemenang Nobel ekonom India, Amartya Sen dengan judulnya yang terkenal 'More Than 100 Million Women Are Missing'.

Dalam artikel itu dijelaskan bahwa rendahnya perbandingan wanita saat ini diakibatkan pilihan tradisional terhadap anak laki-laki, menurunnya kesuburan, dan yang paling penting adalah munculnya teknologi murah untuk menentukan jenis kelamin sebelum kelahiran. Sebanyak setengah juta janin perempuan diperkirakan digugurkan setiap tahunnya di India, menurut sebuah studi oleh jurnal kesehatan Inggris, The Lancet.

"Dulu, warga desa harus pergi ke kota untuk mendapatkan sonogram (USG). Sekarang, sonographer lah yang pergi ke desa-desa untuk melayani orang yang ingin melahirkan anak laki-laki," kata Poonam Muttreja, direktur eksekutif yayasan non-profit Population Foundation di India seperti dikutip dari The Sydney Morning Herald, Jum'at (28/10/2011).

Bagaimana perubahan yang mungkin diwujudkan untuk mengatasi masalah ini masih hangat diperdebatkan. Beberapa orang memperkirakan terjadinya peningkatan poliandri dan wisata seks. Sementara lainnya memprediksi munculnya bencana akibat kelebihan laki-laki di masyarakat akan menyebabkan pembunuhan jenis kelamin, kekerasan, dan konflik dianggap sah-sah saja.

Ilmuwan politik Valerie Hudson dan Andrea den Boer, telah mengumumkan kekhawatiran ini beberapa tahun lalu. Mereka menulis bahwa negara-negara Asia dengan jumlah laki-laki yang terlalu banyak akan menimbulkan ancaman keamanan di negara Barat.

"Tingginya perbandingan jenis kelamin di masyarakat hanya bisa dikuasai oleh rezim otoriter yang mampu menekan kekerasan di dalam negeri dan mengekspornya ke luar negeri melalui penjajahan atau perang," kata Hudson dan Boer.

Mara Hvistendahl, koresponden majalah Science dan penulis buku Unnatural Selection yang baru-baru diterbitkan, mengatakan bahwa kekhawatiran akan perang skala penuh tersebut tidaklah berdasar dan India tetap menjadi negara demokrasi yang berkembang, meskipun ketidakseimbangan gendernya teramat tinggi. Namun dia setuju dengan argumen yang mendasari.

"Secara historis, masyarakat di mana laki-laki yang melebihi jumlah wanita bukanlah tempat tinggal yang menyenangkan. Mereka sering kali tidak stabil dan melakukan kekerasan," katanya. Badan-badan PBB telah mengeluarkan peringatan serupa mengenai hubungan antara kelangkaan perempuan, peningkatan perdagangan seks dan perpindahan pernikahan. Sementara itu, beberapa solusi telah ditawarkan. Aborsi adalah ilegal di China dan India, namun para pejabat mengatakan bahwa hukum sangat sulit ditegakkan.

"Tidak ada senjata pamungkas. Di beberapa negara di Eropa Timur, orang benar-benar tidak menyadari apa yang sedang terjadi," kata Guilmoto. Dia yakin bahwa prioritas pertama adalah memastikan masalah ini benar-benar dipublikasikan, tidak hanya di negara berkembang saja. Negara-negara di maju di Eropa dan Amerika memang memiliki perbandingan jumlah perempuan yang lebih banyak dibanding laki-laki.

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger